Berita berisi tentang artikel yang ada di Direktorat SDM.

Dua dosen Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menerima Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia bersamaan pada Senin (27/11) di Gedung Kuliah Umum, Prof. Dr. Sardjito Kampus Terpadu UII. Hanafi Amrani, S.H., M.H., LL.M., Ph.D. sebagai profesor bidang ilmu hukum pidana, sedangkan Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si. menjadi guru besar pertama untuk bidang media dan jurnalisme.

Agenda serah terima tersebut dihadiri oleh Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., Ketua Pengembangan Pendidikan Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII, Prof. Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D., serta Kepala Bagian Umum Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V DIY, Taufiqurahman, S.E.

Dalam sambutannya, Fathul mengungkapkan rasa syukur terhadap capaian yang telah diraih. Saat ini total profesor UII berjumlah 39, Prof. Hanafi menjadi profesor ke-12 di Fakultas Hukum, sedangkan Prof. Masduki menjadi dosen pertama yang meraih jabatan akademik tertinggi pada ilmu komunikasi, bahkan di Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.

Pada kesempatan kali ini, Fathul mengajak hadirin merefleksikan ‘kebebasan saintifik’. Ia juga mengutip beberapa pemikiran filsafat klasik tentang ilmu pengetahuan serta kebebasannya. Dari kontemplasinya, ditarik nilai bahwa kebebasan saintifik erat kaitannya dengan kemandirian individu dalam berpikir, sehingga buah pikirnya adalah murni untuk kepentingan pengetahuan universal, bukan untuk ihwal pribadi atau kalangan tertentu semata.

“Kebebasan saintifik, ketika dipandu oleh prinsip etis, berkontribusi pada pengejaran pengetahuan yang universal, memberikan manfaat bagi kemanusiaan secara keseluruhan,” ungkapnya.

Tentunya, kebebasan saintifik juga menemui beragam hambatan dan tantangan. Etika yang menjadi landasan pada mulanya, dapat berubah muka menjadi tantangan yang perlu dimitigasi. Selain itu, independensi yang menjadi nilai untuk kemandirian intelektual juga kerap terjegal oleh ketergantungan ilmuan akan finansial dan politik.

“Tanpa ketaatan terhadap koridor etika, kebebasan saintifik dapat disalahgunakan, seperti dalam kasus riset yang dapat membahayakan keamanan publik. Karenanya, konsekuensi sosial dari kebebasan saintifik harus dikelola dengan bijak dan bertanggung jawab,” pungkasnya mengakhiri sambutan.

Sementara itu, mewakili YBW UII, Allwar mengucapkan selamat bagi kedua profesor baru. Ia mengapresiasi program percepatan yang didesain UII dalam hal menggugah semangat para dosennya untuk meraih jabatan akademik tertinggi tersebut. Ia berharap bahwa para dosen muda juga turut terpacu untuk menambah jumlah profesor di UII. Mengingat menurutnya bahwa akhir-akhir ini, jumlah profesor dalam sebuah institusi menjadi sorotan tersendiri di dunia akademik baik nasional maupun internasional.

Sedangkan Kepala Bagian Umum (LLDikti) Wilayah V DIY, Taufiqurahman, S.E. menyampaikan bahwa bertambahnya profesor di Yogyakarta diharapkan akan membawa dampak positif bagi dosen yang bersangkutan maupun perguruan tinggi.

“Dari 52 guru besar yang dihasilkan pada tahun 2023, 11 di antaranya dihasilkan UII,” ungkapnya. (Agung)

Universitas Islam Indonesia (UII) mensyukuri anugerah berupa bertambahnya dua tenaga pendidik dengan jabatan akademik profesor. Kedua tenaga pendidik yang resmi menyandang gelar profesor yakni Dr. Zaenal Arifin, M.Si. yaitu dalam bidang ilmu manajemen keuangan dan Dr.-Ing. Ir. Ilya Fajar Maharika, M.A., IAI. dalam bidang ilmu arsitektur. Keduanya berasal dari fakultas yang berbeda, yaitu Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan dan Fakultas Bisnis dan Ekonomika. Dengan ini jumlah profesor UII menjadi 37 orang.

 

Penyerahan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atas kenaikan jabatan akademik empat profesor berlangsung di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito UII pada Jum’at (06/10). Acara dihadiri pimpinan universitas, fakultas, hingga perwakilan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V Yogyakarta.

Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dalam sambutannya menyampaikan rasa syukurnya atas raihan ini. “Ini merupakan proporsi dosen dengan jabatan akademik yang sekarang sudah mencapai 4,6%, 3/7 dari 800 orang,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini UII mempunyai 258 dosen berpendidikan doktor, 66 orang di antaranya sudah menduduki jabatan akademik lektor kepala, 115 orang menduduki jabatan akademik lektor. Selanjutnya, ia juga turut mendoakan agar di masa yang mudah-mudahan tidak terlalu lama lagi akan semakin banyak profesor yang lahir dari rahim UII.

Pada sesinya, Prof. Fathul Wahid kembali menekankan pentingnya refleksi lanjutan terutama bagi profesor baru dalam memahami dan mengatasi kritik terhadap dampak riset di perguruan tinggi. Penekanan diberikan pada pengaruh konseptualisasi terhadap berbagai aspek, termasuk kebijakan, filosofi dasar, hasil yang dibayangkan, dan kontekstualisasi hasil.

“Ketika dampak riset di konseptualisasi sebatas sebagai komersialisasi, maka semua aktivitas akan menghasilkan produk komersial dipastikan sebagai riset yang berdampak,” terangnya, dalam menjelaskan contoh ilustrasi jebakan inklusi.

Ilustrasi jebakan inklusi dan eksklusi dalam konseptualisasi dampak riset memberikan gambaran nyata bagaimana interpretasi yang sempit dapat menyimpang dari norma akademik. Dampak riset tidak hanya dilihat dari segi kegunaan atau utilitas, melainkan juga dalam konteks kemajuan ilmu pengetahuan, perubahan dalam politik dan kebijakan, serta pengaruhnya terhadap tata kelola.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII, Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si. juga bersyukur atas diraihnya jabatan akademik dua profesor baru. Ia menekankan tentang pentingnya menjadi orang yang bermakna dan memberi makna dalam memahami kenaikan jabatan akademik profesor.

Pada pidato sambutannya, Ia mengutip sebuah perkataan dari bapak bangsa India, Mahatma Gandhi yang berbunyi, “My life is my message”. Dengan harapan untuk kedua profesor baru UII untuk terus menebarkan pesan kebaikan dimanapun.

Terakhir, Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D. selaku Plt Kepala LLDikti Wilayah V Yogyakarta sangat senang UII mampu menambah cacah dosen berjabatan akademik profesor. Ia berharap semoga dengan bertambahnya jumlah profesor di UII dapat menambah motivasi dan mendorong para dosen lain agar terus berkarya.

Pimpinan Universitas Islam Indonesia dengan ini memberitahukan bahwa berdasarkan hasil asesmen psikologi dan seleksi kompetensi yang terdiri dari tes komitmen, kompetensi wawasan keilmuan dan kemampuan komunikasi serta berdasarkan hasil keputusan Rapat Senat Universitas Islam Indonesia pada Jumat, 29 September 2023, maka dengan ini kami sampaikan bahwa nama-nama sebagaimana terlampir pada lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pengumuman ini dinyatakan diterima sebagai Calon Dosen Tetap dengan Perjanjian Kerja Universitas Islam Indonesia Periode Oktober 2023. Selanjutnya kepada Calon Dosen Tetap dengan Perjanjian Kerja yang dinyatakan diterima diwajibkan untuk:

  1. Melengkapi berkas kelengkapan administratif bagi peserta yang dinyatakan lulus tahap akhir. Daftar berkas yang perlu dilengkapi akan disampaikan oleh staf Direktorat Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan Universitas Islam Indonesia melalui Divisi Umum dan Rumah Tangga Fakultas. Kelengkapan berkas mohon diserahkan selambat-lambatnya Senin, 9 Oktober 2023, di:
    Ruang Divisi Pengembangan Sumber Daya ManusiaDirektorat Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan
    Gd. GBPH Prabuningrat Kantor Rektorat Universitas Islam Indonesia lantai 2
    Jl. Kaliurang km 14,5 Yogyakarta 55501
  2. Mengikuti pengarahan awal bagi peserta yang dinyatakan lulus tahap akhir yang dilaksanakan secara luring pada:
    Hari-tanggal:        Kamis, 12 Oktober 2023
    Waktu:                 10.00-11.30 WIB
    Lokasi:                  Ruang Sidang VIP Lantai 3
    Gedung GBPH Prabuningrat Lantai 2 Kantor Rektorat
    Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia
    Jalan Kaliurang km 14,5 Yogyakarta

Unduh pengumuman hasil seleksi

Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan. Atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.

Meneladani Jasa Tokoh Pendiri UII Melalui Kegiatan Ziarah

Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar acara ziarah ke makam tokoh dan pendiri UII. Agenda ziarah tersebut diikuti pimpinan, dan panitia universitas beserta peserta Sekolah Kepemimpinan Tenaga Kependidikan UII, pada Kamis (22/06). Kegiatan ini digelar sebagai rangkaian acara dari Milad ke-80 UII dan bertujuan menumbuhkan rasa menghargai kepada para tokoh-tokoh pemimpin dahulu yang membesarkan UII hingga seperti sekarang.

Rombongan sivitas mengunjungi lima makam di antaranya Taman Makam UGM Sawitsari, Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Makam Bahoewinangun, Makam Boharen (Kotagede), dan Makam Raja-Raja Imogiri.

Ir. Wiryono Raharjo, M.Arc., Ph.D. selaku Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan menyampaikan sambutan di awal acara. Dia berharap bahwa ziarah yang dilakukan ini memberikan keberkahan dan pengingat bagi semua bagaimana pemimpin UII membesarkan UII seperti sekarang.

“Kita mengingat bagaimana pemimpin di masa lalu meletakkan jalan sehingga UII bisa menjadi salah satu universitas yang diakui banyak pihak. Kita belajar apa yang telah dilakukan oleh pendahulu salah satunya H. Ace Partadireja yang berkontribusi substansial dalam membentuk Internasionalisasi UII,” jelas Wiryono.

Kemudian kegiatan ziarah berlangsung di Makam Sawit Sari yang berada di Jalan Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, peserta berziarah ke makam Prof. Dr. R. H. Ace Partadiredja, yang merupakan mantan Rektor UII (1983-1989), menggantikan H. GPBH Prabuningrat yang wafat dalam masa jabatan. Tidak hanya itu juga terdapat makam Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc. yang merupakan Rektor UII (1990-1993) dan juga Ir. R.H.A Sahirul Alim, M.Sc. yang mana merupakan Pembantu Rektor IV (1983-1985).

Sebelum menjabat, Prof. Dr. R. H. Ace Partadiredja juga merupakan tenaga pengajar Fakultas Ekonomi UlI. Hingga saat ini, nama beliau diabadikan sebagai nama gedung Fakultas Ekonomi Ull. Ir. R.H.A Sahirul Alim, M.Sc. yang merupakan pembantu rektor IV pada masa jabatan H. GBPH Prabuningrat.

Selanjutnya, rombongan menuju Taman Makam Pahlawan Kusumanegara yang menjadi peristirahatan Prof. Dr. Sardjito, Rektor ke-3 Ull menggantikan Prof. RHA. Kasmat Bahoewinangun (1963-1970), yang namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit terbesar di Yogyakarta.

Prof. Fathul Wahid mengatakan banyak hal yang dapat dipelajari dari Prof. RHA. Kasmat Bahoewinangun. Salah satunya mendahulukan kepentingan yang lebih besar untuk masa depan UII.

“Berbagai hal yang dapat kita petik dari perjuangan Kasmat Bahoewinangun seperti kepentingan yang besar terkadang membutuhkan pengorbanan pada diri sendiri agar UII tetap berjalan dan terhindar dari konflik berkepanjangan, menghidupkan kembali ruh UII yang telah dinegerikan oleh negara, dan peduli dengan kualitas pendidikan di UII dengan mengupayakan akreditasi menjadi diakui menjadi lebih baik dari sebelumnya,” jelas Prof. Fathul.

Sebelum istirahat dari perjalanan tersebut, rombongan juga menyempatkan untuk berziarah ke makam di Kotagede. Rombongan Ull ziarah di makam Prof. RHA. Kasmat Bahoewinangun, Rektor Ull pada tahun 1960-1963.

Berikutnya ziarah mengunjungi makam Boharen, peristirahatan Prof. KH. A. Mudzakkir selain sebagai pendiri Ull (saat itu di Jakarta dikenal dengan STI), beliau juga merupakan Rektor Ull pertama selama dua periode yaitu pada tahun 1945-1948 (STI) dan 1948-1960. Rektor yang pernah menjabat selama 15 tahun ini juga dikenal sebagai salah satu aktor utama dalam perjuangan bangsa.

Kegiatan ziarah ini diakhiri dengan menaiki kurang lebih 500 anak tangga di Makam Raja-Raja Imogiri. Konon setiap orang yang menapaki tangga tangga tersebut akan mendapatkan jumlah yang berbeda-beda. Makam Imogiri merupakan kompleks makam Raja-Raja Mataram Islam beserta keturunannya, yaitu raja-raja yang bertahta di Keraton Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Di kompleks makam raja-raja ini, rombongan UII mengunjungi makam H. GBPH Prabuningrat yang saat ini nama beliau dijadikan nama Gedung Kantor Rektorat UII. GBPH Prabuningrat disemayamkan berdekatan dengan makam Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Makam Imogiri masih sangat kental dan sakral akan adat jawanya.

Memasuki makam Imogiri dan mengirimkan doa di depan pusara para leluhur diwajibkan menggunakan busana tradisional. Untuk dapat langsung masuk ke area makam Raja, pengunjung laki-laki diminta untuk berganti pakaian memakai busana surjan dengan jarik, sabuk, timang, samir, dan blangkon. Sedangkan perempuan diminta tetap di luar area makam raja dengan mengirimkan doa dari luar makam raja.

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII), Dra. Sri Wartini, S.H., M.H., Ph.D. berhasil meraih jabatan akademik tertinggi Profesor Bidang Ilmu Hukum. Ia menjadi Profesor ke-9 di FH dan ke-31 di UII. Dengan demikian persentase profesor di UII kini mencapai 3,9% (31 dari 790 dosen), lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 2% yang kebanyakan masih berasal dari dosen Perguruan Tinggi Negeri.

Raihan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 25162/M/07/2023. Penyerahan SK diadakan di Gedung Kuliah Umum Prof. Sardjito, kampus terpadu UII pada Selasa (23/5). Acara dihadiri pimpinan, para profesor, dan perwakilan sivitas FH UII.

Menanggapi raihan ini, Direktur Direktorat Sumber Daya Manusia UII, Ike Agustina, S.Psi., M.Psi., Psikolog mengatakan keberhasilan Sri Wartini diharapkan mampu memberikan daya dorong bagi dosen lain di UII yang sedang mengikuti program percepatan profesor yang usulannya telah diproses baik di universitas/LLDikti/Dikti.

Dalam sambutannya, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. mengajak hadirin untuk melantangkan pesan-pesan ilmiah bernas pada khalayak yang lebih luas tanpa meninggalkan peran akademik. Pesan ini dilantangkan sebagai pengingat untuk menjadi intelektual publik lebih baik.

“Publik perlu diedukasi, dicerahkan dengan gagasan-gagasan para profesor yang akhirnya menjadi basis pengambilan keputusan dan kebijakan kolektif,” ungkap Prof. Fathul.

Menurutnya, pemikiran-pemikiran profesor sekarang makin sulit diakses publik, termasuk diakses oleh akademisi di luar disiplin ilmunya. Padahal, dewasa ini membutuhkan dunia akademik untuk menjadi wadah pemberdayaan publik.

Lebih lanjut, Prof. Fathul menyampaikan ada empat pelajaran yang bisa diambil dari beberapa tokoh intelektual publik. Di antaranya yakni: (1) Mengasah sensitivitas publik, termasuk bangsa dan negara, (2) melewati batas pagar disiplin dengan mendekatkan kajian disiplin pribadi dan disiplin ilmu lainnya, (3) menyederhanakan bahasa agar bisa dipahami publik, dan (4) menjaga konsistensi.

“Semoga ini menjadi pembuka pintu keberkahan Dra. Sri Wartini, tidak hanya untuk diri sendiri, keluarga, terlebih untuk lembaga dan masyarakat luas,” pungkasnya.

Senada, Drs. Suwarsono Muhammad, M.A., selaku Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII berharap Perguruan Tinggi mampu melebarkan gagasan ilmiah untuk kepentingan publik. “Karena mengingat komunitas sipil yang berhubungan dengan masyarakat memiliki risiko yang lebih besar ketika menyampaikan kepentingannya. Perguruan Tinggi termasuk bagian dari masyarakat sipil,” ungkapnya.

Di kesempatan yang sama yang sama, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V DIY Prof. drh. Aris Junaidi Ph.D. mengatakan, “Kita sangat apresiasi upaya-upaya UII untuk mendorong para dosen meningkatkan ilmunya di ranah yang lebih tinggi. Menjadi guru besar yang baik, baik dalam artian dalam prestasi akademiknya, publikasi, bimbingan, menulis buku, paper, serta aktif memberikan edukasi kepada publik”.

Terhitung dalam lima tahun terakhir, Dra. Sri Wartini aktif melakukan berbagai penelitian dengan pendanaan yang bersumber baik dari internal UII (Jurusan/Fakultas/Universitas) maupun pendanaan dari eksternal (Ristekdikti).

Adapun judul penelitian yang mendapatkan dana eksternal adalah “Model Kebijakan Hukum Tanggung Jawab Transnational Corporations Terhadap Pelanggaran Hak Menikmati Lingkungan Hidup yang Sehat di Indonesia.”

Karya ilmiah yang ia hasilkan untuk meraih gelar tertinggi ini adalah “Balancing The Principle of Permanent Sovereignty Over Natural Resources and Sustainable Forest Management: Indonesian Experiences”, yang diterbitkan pada Journal of East Asia and International Law, Terindeks Scopus dengan nilai SJR 0,12.

Gelar profesor yang ia raih, diharapkan menopang keberhasilan Jurusan Hukum yang dipercaya sebagai kawah candradimuka Sarjana Hukum berkualitas dan telah menghasilkan lebih dari 14 ribu alumni sejak didirikan pada tahun 1945 oleh para pendiri bangsa.