Meneladani Jasa Tokoh Pendiri UII Melalui Kegiatan Ziarah

Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar acara ziarah ke makam tokoh dan pendiri UII. Agenda ziarah tersebut diikuti pimpinan, dan panitia universitas beserta peserta Sekolah Kepemimpinan Tenaga Kependidikan UII, pada Kamis (22/06). Kegiatan ini digelar sebagai rangkaian acara dari Milad ke-80 UII dan bertujuan menumbuhkan rasa menghargai kepada para tokoh-tokoh pemimpin dahulu yang membesarkan UII hingga seperti sekarang.

Rombongan sivitas mengunjungi lima makam di antaranya Taman Makam UGM Sawitsari, Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Makam Bahoewinangun, Makam Boharen (Kotagede), dan Makam Raja-Raja Imogiri.

Ir. Wiryono Raharjo, M.Arc., Ph.D. selaku Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan menyampaikan sambutan di awal acara. Dia berharap bahwa ziarah yang dilakukan ini memberikan keberkahan dan pengingat bagi semua bagaimana pemimpin UII membesarkan UII seperti sekarang.

“Kita mengingat bagaimana pemimpin di masa lalu meletakkan jalan sehingga UII bisa menjadi salah satu universitas yang diakui banyak pihak. Kita belajar apa yang telah dilakukan oleh pendahulu salah satunya H. Ace Partadireja yang berkontribusi substansial dalam membentuk Internasionalisasi UII,” jelas Wiryono.

Kemudian kegiatan ziarah berlangsung di Makam Sawit Sari yang berada di Jalan Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, peserta berziarah ke makam Prof. Dr. R. H. Ace Partadiredja, yang merupakan mantan Rektor UII (1983-1989), menggantikan H. GPBH Prabuningrat yang wafat dalam masa jabatan. Tidak hanya itu juga terdapat makam Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc. yang merupakan Rektor UII (1990-1993) dan juga Ir. R.H.A Sahirul Alim, M.Sc. yang mana merupakan Pembantu Rektor IV (1983-1985).

Sebelum menjabat, Prof. Dr. R. H. Ace Partadiredja juga merupakan tenaga pengajar Fakultas Ekonomi UlI. Hingga saat ini, nama beliau diabadikan sebagai nama gedung Fakultas Ekonomi Ull. Ir. R.H.A Sahirul Alim, M.Sc. yang merupakan pembantu rektor IV pada masa jabatan H. GBPH Prabuningrat.

Selanjutnya, rombongan menuju Taman Makam Pahlawan Kusumanegara yang menjadi peristirahatan Prof. Dr. Sardjito, Rektor ke-3 Ull menggantikan Prof. RHA. Kasmat Bahoewinangun (1963-1970), yang namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit terbesar di Yogyakarta.

Prof. Fathul Wahid mengatakan banyak hal yang dapat dipelajari dari Prof. RHA. Kasmat Bahoewinangun. Salah satunya mendahulukan kepentingan yang lebih besar untuk masa depan UII.

“Berbagai hal yang dapat kita petik dari perjuangan Kasmat Bahoewinangun seperti kepentingan yang besar terkadang membutuhkan pengorbanan pada diri sendiri agar UII tetap berjalan dan terhindar dari konflik berkepanjangan, menghidupkan kembali ruh UII yang telah dinegerikan oleh negara, dan peduli dengan kualitas pendidikan di UII dengan mengupayakan akreditasi menjadi diakui menjadi lebih baik dari sebelumnya,” jelas Prof. Fathul.

Sebelum istirahat dari perjalanan tersebut, rombongan juga menyempatkan untuk berziarah ke makam di Kotagede. Rombongan Ull ziarah di makam Prof. RHA. Kasmat Bahoewinangun, Rektor Ull pada tahun 1960-1963.

Berikutnya ziarah mengunjungi makam Boharen, peristirahatan Prof. KH. A. Mudzakkir selain sebagai pendiri Ull (saat itu di Jakarta dikenal dengan STI), beliau juga merupakan Rektor Ull pertama selama dua periode yaitu pada tahun 1945-1948 (STI) dan 1948-1960. Rektor yang pernah menjabat selama 15 tahun ini juga dikenal sebagai salah satu aktor utama dalam perjuangan bangsa.

Kegiatan ziarah ini diakhiri dengan menaiki kurang lebih 500 anak tangga di Makam Raja-Raja Imogiri. Konon setiap orang yang menapaki tangga tangga tersebut akan mendapatkan jumlah yang berbeda-beda. Makam Imogiri merupakan kompleks makam Raja-Raja Mataram Islam beserta keturunannya, yaitu raja-raja yang bertahta di Keraton Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Di kompleks makam raja-raja ini, rombongan UII mengunjungi makam H. GBPH Prabuningrat yang saat ini nama beliau dijadikan nama Gedung Kantor Rektorat UII. GBPH Prabuningrat disemayamkan berdekatan dengan makam Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Makam Imogiri masih sangat kental dan sakral akan adat jawanya.

Memasuki makam Imogiri dan mengirimkan doa di depan pusara para leluhur diwajibkan menggunakan busana tradisional. Untuk dapat langsung masuk ke area makam Raja, pengunjung laki-laki diminta untuk berganti pakaian memakai busana surjan dengan jarik, sabuk, timang, samir, dan blangkon. Sedangkan perempuan diminta tetap di luar area makam raja dengan mengirimkan doa dari luar makam raja.

Universitas Islam Indonesia menambah empat tenaga pendidik dengan jabatan akademik profesor. Keempat profesor ini di antaranya Dr. Ir. Elisa Kusrini, M.T. Profesor Bidang Ilmu Manajemen Rantai Pasok Fakultas Teknologi Industri, Rudy Syahputra, S.Si., M.Si., Ph.D., Profesor Bidang Ilmu Analisis Elektronik dan Remediasi Lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Rifqi Muhammad, S.E., M.Sc., Ph.D. Profesor Bidang Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika, dan Nandang Sutrisno, S.H., LLM., Ph.D Profesor Bidang Hukum Internasional.

 

Saat ini terhitung jumlah profesor UII ada 35 orang. Penyerahan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atas kenaikan jabatan akademik empat profesor berlangsung di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito UII pada Rabu (21/6).

Menanggapi hal ini, Direktur Direktorat Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan UII, Ike Agustina, S.Psi., M.Psi., Psi. berharap raihan tersebut diharapkan mampu memberikan daya dorong bagi lima dosen UII lainnya yang sedang mengikuti program percepatan profesor yang usulannya telah diproses baik di universitas/LLDikti/Dikti. Selain itu, terdapat lima peserta baru yang dinyatakan lolos seleksi penerima program percepatan profesor tahun 2023 di lingkungan UII.

Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. mensyukuri atas raihan ini.     “Alhamdulillah, saat ini proporsi dosen UII yang menjadi profesor adalah 4,3%. Secara nasional, persentase profesor baru sekitar 2% dari seluruh dosen di perguruan tinggi. Artinya, dalam konteks ini, capaian UII sudah lebih dari dua kali lipat dari rata-rata nasional,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa saat ini UII terdapat 258 dosen berpendidikan doktor, dan 65 di antaranya sudah menduduki jabatan akademik lektor kepala.

Dalam kesempatannya, Rektor UII tersebut menegaskan tanggung jawab profesor, baik di lingkungan akademik maupun non akademik. Dalam buku yang pernah ia baca, berjudul The Responsibility of Intellectuals (Allot, Knight & Smith, 2019), yang isinya merupakan kumpulan refleksi atas pemikiran Noam Chomsky yang pernah diterbitkan pada 1966.

Dikutip dari Chomsky, intelektual mempunyai tiga peran penting, yaitu (1) menyampaikan kebenaran dan mengungkap kebohongan; (2) memberikan konteks historis; dan (3) mengangkat tabir ideologi yang membatasi debat.

Menurutnya, peran di atas tidak hanya sebagai tanggung jawab intelektual. Semua orang mempunyai kewajiban moral dan politik untuk menyampaikan kebenaran kepada penguasa. Dan sebaliknya, tanggung jawab intelektual juga bukan hanya itu.

Namun, akses terhadap pendidikan, fasilitas, kebebasan politik, informasi, dan kebebasan berekspresi menjadikan intelektual mempunyai tanggung jawabnya yang lebih besar.

“Saya belakangan sadar, bahwa label intelektualisme agak bermasalah, karena intelektualisme sejatinya tidak sekadar berpikir, tetapi juga mencari jalan bagaimana pemikirannya dapat diimplementasikan, dan jika mungkin, juga ikut terlibat langsung,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dalam kesempatannya Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Drs. Suwarsono Muhammad, MA. juga bersyukur atas diraihnya jabatan akademik dari empat profesor baru. Ia menyampaikan sejarah lahirnya institusi pendidikan formal.

Menurutnya, semakin negara berkembang, maka kebutuhan birokrat juga akan naik. Sama halnya juga dengan tanggung jawab untuk melayani kepentingan masyarakat luas.

“Kepada profesor baru, pekerjaan itu berat, mengabdi kepada masyarakat jauh lebih sulit daripada melayani kepentingan pasar dan negara,” pungkasnya.

Terakhir, Kepala LLDikti Wilayah V Yogyakarta, Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D., sangat senang dan bersyukur UII mampu menambah dosen berjabatan akademik profesor. Ia berharap empat profesor baru bisa menambahkan langkah kontribusi untuk negeri.

Direktorat Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan Universitas Islam Indonesia mengucapkan selamat kepada empat belas dosen di Lingkungan Universitas Islam Indonesia yang telah berhasil lulus seleksi Sertifikasi Pendidik untuk gelombang 0 dan gelombang 1 tahun 2023. Rangkaian seleksi sertifikasi pendidik ini dilakukan sejak sebelum dilakukannya penarikan data eligible pada 1 April 2023 dimana peserta wajib untuk memenuhi syarat perlu sebagai peserta sertifikasi pendidik yaitu memiliki sertifikat TKDA, sertifikat TKBI dan memenuhi kewajiban kinerja dosen 2 tahun terakhir (4 semester), setelah dinyatakan eligible peserta mengikuti seluruh rangkaian diantaranya menyusun PDD UKTPT, Menyusun dan mengunggah deskripsi diri. Namun sebelum Menyusun PDDUKTPT dan deskripsi diri peserta eligible harus telah dinyatakan lulus NPS yang merupakan penilaian/appraisal yang melibatkan atasan, sejawat dan mahasiswa. Dalam proses yang dilakukan sejak April 2023 hingga Yudisium Nasional tanggal 8 Juni 2023, sebanyak 14 Dosen UII dinyatakan lulus serdik. Keempat belas dosen tersebut antara lain:

1. Junaidi Safitri, S.E.I., M.E.I.
2. Rizqi Anfanni Fahmi, S.E.I., M.S.I.
3. dr. Raden Edi Fitriyanto, M.Gizi.
4. dr. Tien Budi Febriani, M.Sc., Sp.A.
5. dr. Rahma Yuantari, M.Sc., Sp.PK.
6. Dr. Maisari Utami, S.Si.
7. Sekti Kartika Dini, S.Si., M.Si.
8. Geradi Yudhistira, S.Sos., M.A.
9. Hadza Min Fadhli Robby, S.I.P., M.Sc.
10. Aisyah Zakiah, S.T., M.Arch.
11. Dewi Wulandari, S.Hut., M.Agr., Ph.D.
12. Elita Nurfitriyani Sulistyo, S.T., M.Sc.
13. Rahmadi Agus Setiawan, S.Ag., M.A.
14. Beni Suranto, S.T., M.Soft.Eng.

Semoga menjadi berkah bagi Ibu/Bapak dosen yang telah dinyatakan lulus dan dapat berkiprah lebih baik untuk kemajuan Universitas Islam Indonesia

Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan acara Sekolah Kepemimpinan guna menanamkan nilai-nilai organisasi dan budaya kepemimpinan yang digagas para pendiri UII. Sekolah kepemimpinan ini diikuti oleh dosen dan tenaga kependidikan UII yang telah ditetapkan sebagai dosen tetap maupun tenaga kependidikan tetap universitas yang diangkat pada periode 1 April 2023. Acara tersebut berlangsung pada Selasa (22/05) di Lt. 3 Ruang Auditorium Fakultas Teknologi Industri UII.

Dalam sambutannya, Ike Agustina, S.Psi., M.Psi., selaku Direktur SDM/Sekolah Kepemimpinan yang juga Dosen Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) mengatakan bahwa sekolah kepemimpinan telah didesain sejak tahun 2019 sebagai Prajabatan Dosen dan tenaga pendidikan tetap yang kemudian terjadi pergantian paradigma dan orientasinya. Orientasi sekolah kepemimpinan memberikan bekal pada setiap dosen dan tenaga pendidikan baru sehingga lebih siap dan yakin dalam menghadapi kewajiban yang wajib di tunaikan dan menjadi pondasi dasar semua insan Ulil albab UII.

“Harapan saya dalam sekolah kepemimpinan ini memberikan sentuhan aspek personal dan institusional yang berorientasi menjadi insan ulil albab UII sebagai penyebar manfaat dalam kemajuan pendidikan di Indonesia pada umumnya dan UII pada khususnya. Tidak hanya itu, sekolah kepemimpinan sebagai bekal menjadi adaptif, dan siap dalam menunaikan setiap kewajiban di UII,” Jelasnya.

Tidak hanya itu, Ike Agustina melaporkan bahwa peserta sekolah kepemimpinan untuk periode 1 April 2023 dari tenaga pengajar tetap dan menjadi calon dosen tetap reguler berjumlah 27 orang. Dalam program sekolah kepemimpinan ini diikuti tenaga pengajar tetap dari berbagai fakultas dan unit rektorat yang telah ditempatkan berjumlah 58 orang. Sehingga dalam sekolah kepemimpinan periode 2023 memiliki 97 peserta.

Lebih lanjut, dalam sambutannya Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset UII, Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si menyampaikan ucapan selamat atas bergabung bersama UII. Ia juga menyampaikan pentingnya sekolah kepemimpinan sebagai menjadikan patokan dan bekal bagaimana memimpin UII di masa depan.

“Sekolah kepemimpinan didesain untuk masa depan. Pemimpin itu tidak mengalir dan muncul begitu saja melainkan ada proses dan rancangan sebagai bekal dalam kesiapan membuat keputusan-keputusan kontradiksi dengan tujuan dari adanya UII. Dan memastikan bahwa UII berjalan sesuai dengan visi dan misi dan mengawal nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh pendiri-pendiri UII,” jelasnya.

Lebih lanjut, dalam sambutannya, Ketua Umum PYBW UII Drs. Suwarsono Muhammad, M.A. mengungkapkan bahwa sekolah kepemimpinan dibentuk agar dosen dan tenaga pendidikan baru bertanggung jawab, dan bersungguh – sungguh dari sejak awal masuk UII dan sigap dalam menyaring informasi-informasi sehingga siap dalam memilih keputusan  di masa depan. “Right from the Start”, Ungkapnya.

Ia juga menyampaikan bahwa dosen dan tenaga pendidikan memiliki kewajiban menjadi ahli dan sigap dalam membantu meningkatkan kemajuan pendidikan di UII. Sehingga pentingnya dosen dan tenaga pendidikan untuk tetap terus belajar dan meraih pencapaian gelar doctor di usia produktif dan senantiasa berkarya mengembangkan bidang ilmunya agar dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan siap menjadi seorang pemimpin di UII.

Terakhir, Disampaikan Prof. Fathul Wahid sebagai Rektor UII menceritakan bagaimana berdirinya UII hingga sampai saat ini sehingga diharapkan dosen dan tenaga pendidikan baru dapat memiliki kemampuan analisis dan memahami indentitas UII dari waktu ke waktu.

“Pentingnya dosen dan tenaga pendidikan baru mengetahui keadaan di masa lalu agar tidak lupa dan menghargai masa lalu. Dan diharapkan agar bertindak tidak mengulang kesalahan yang sama di masa depan, menghargai para pendiri UII dan para dosen senior juga memiliki peran sejarah yang berbeda dengan saat ini”, jelasnya.

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII), Dra. Sri Wartini, S.H., M.H., Ph.D. berhasil meraih jabatan akademik tertinggi Profesor Bidang Ilmu Hukum. Ia menjadi Profesor ke-9 di FH dan ke-31 di UII. Dengan demikian persentase profesor di UII kini mencapai 3,9% (31 dari 790 dosen), lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 2% yang kebanyakan masih berasal dari dosen Perguruan Tinggi Negeri.

Raihan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 25162/M/07/2023. Penyerahan SK diadakan di Gedung Kuliah Umum Prof. Sardjito, kampus terpadu UII pada Selasa (23/5). Acara dihadiri pimpinan, para profesor, dan perwakilan sivitas FH UII.

Menanggapi raihan ini, Direktur Direktorat Sumber Daya Manusia UII, Ike Agustina, S.Psi., M.Psi., Psikolog mengatakan keberhasilan Sri Wartini diharapkan mampu memberikan daya dorong bagi dosen lain di UII yang sedang mengikuti program percepatan profesor yang usulannya telah diproses baik di universitas/LLDikti/Dikti.

Dalam sambutannya, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. mengajak hadirin untuk melantangkan pesan-pesan ilmiah bernas pada khalayak yang lebih luas tanpa meninggalkan peran akademik. Pesan ini dilantangkan sebagai pengingat untuk menjadi intelektual publik lebih baik.

“Publik perlu diedukasi, dicerahkan dengan gagasan-gagasan para profesor yang akhirnya menjadi basis pengambilan keputusan dan kebijakan kolektif,” ungkap Prof. Fathul.

Menurutnya, pemikiran-pemikiran profesor sekarang makin sulit diakses publik, termasuk diakses oleh akademisi di luar disiplin ilmunya. Padahal, dewasa ini membutuhkan dunia akademik untuk menjadi wadah pemberdayaan publik.

Lebih lanjut, Prof. Fathul menyampaikan ada empat pelajaran yang bisa diambil dari beberapa tokoh intelektual publik. Di antaranya yakni: (1) Mengasah sensitivitas publik, termasuk bangsa dan negara, (2) melewati batas pagar disiplin dengan mendekatkan kajian disiplin pribadi dan disiplin ilmu lainnya, (3) menyederhanakan bahasa agar bisa dipahami publik, dan (4) menjaga konsistensi.

“Semoga ini menjadi pembuka pintu keberkahan Dra. Sri Wartini, tidak hanya untuk diri sendiri, keluarga, terlebih untuk lembaga dan masyarakat luas,” pungkasnya.

Senada, Drs. Suwarsono Muhammad, M.A., selaku Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII berharap Perguruan Tinggi mampu melebarkan gagasan ilmiah untuk kepentingan publik. “Karena mengingat komunitas sipil yang berhubungan dengan masyarakat memiliki risiko yang lebih besar ketika menyampaikan kepentingannya. Perguruan Tinggi termasuk bagian dari masyarakat sipil,” ungkapnya.

Di kesempatan yang sama yang sama, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V DIY Prof. drh. Aris Junaidi Ph.D. mengatakan, “Kita sangat apresiasi upaya-upaya UII untuk mendorong para dosen meningkatkan ilmunya di ranah yang lebih tinggi. Menjadi guru besar yang baik, baik dalam artian dalam prestasi akademiknya, publikasi, bimbingan, menulis buku, paper, serta aktif memberikan edukasi kepada publik”.

Terhitung dalam lima tahun terakhir, Dra. Sri Wartini aktif melakukan berbagai penelitian dengan pendanaan yang bersumber baik dari internal UII (Jurusan/Fakultas/Universitas) maupun pendanaan dari eksternal (Ristekdikti).

Adapun judul penelitian yang mendapatkan dana eksternal adalah “Model Kebijakan Hukum Tanggung Jawab Transnational Corporations Terhadap Pelanggaran Hak Menikmati Lingkungan Hidup yang Sehat di Indonesia.”

Karya ilmiah yang ia hasilkan untuk meraih gelar tertinggi ini adalah “Balancing The Principle of Permanent Sovereignty Over Natural Resources and Sustainable Forest Management: Indonesian Experiences”, yang diterbitkan pada Journal of East Asia and International Law, Terindeks Scopus dengan nilai SJR 0,12.

Gelar profesor yang ia raih, diharapkan menopang keberhasilan Jurusan Hukum yang dipercaya sebagai kawah candradimuka Sarjana Hukum berkualitas dan telah menghasilkan lebih dari 14 ribu alumni sejak didirikan pada tahun 1945 oleh para pendiri bangsa.

Universitas Islam Indonesia (UII) terus menunjukkan kualitas akademik para tenaga pendidiknya. Jumlah profesor di UII bertambah menjadi 30 orang. Kali ini, UII mendapat tambahan profesor dalam bidang ilmu Pengantar Rancang Kota yang disandang oleh Ir. Suparwoko, MURP., Ph.D. Dengan jumlah tersebut, persentase profesor di UII kini 3,8% (30 dari 790 dosen), lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 2%.

Penyerahan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 18374/M/07/2023. Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) berlangsung pada Rabu (12/04) di Gedung Kuliah Umum Prof. dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII.

Disampaikan Direktur Direktur Sumber Daya Manusia UII, Ike Agustina, S.Psi., M.Psi., Psikolog, keberhasilan Suparwoko meraih gelar profesor ini diharapkan mampu memberikan daya dorong bagi 8 dosen lain di UII yang sedang mengikuti program percepatan profesor yang usulannya telah diproses baik di fakultas/universitas/LLDikti.

Serah Terima SK Guru Besar Prof. Suparwoko UII

Sementara itu, Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dalam sambutannya mengajak hadirin untuk sejenak merefleksikan terkait saintis secara meluas, yang berfokus pada tingkat kepercayaan kepada saintis sendiri. Hal ini erat kaitannya dengan perangai ilmiah (scientific temper, scientific attitude) baik di kalangan saintis, maupun publik secara umum.

Perangai ilmiah adalah sistem kepercayaan yang menyatakan bahwa jawaban atas pertanyaan empiris akan ditemukan tidak pada penghormatan kepada otoritas atau komitmen ideologi, tetapi pada bukti yang dikumpulkan.

“Ada dua prinsip dalam konteks ini yang perlu diikuti: (a) kita peduli dengan bukti empiris dan (b) kita mau mengubah teori jika ditemukan bukti baru (McIntyre, 2019). Kebenaran ilmiah adalah kebenaran berdasar data yang dikumpulkan sebagai bukti empiris,” ungkapnya.

Pengingkaran terhadap bukti empiris dinilai akan melawan perangai ilmiah. Hal ini bisa terjadi karena (a) kesalahan yang disengaja, (b) kemalasan dan kecerobohan, dan (3) kesalahan yang tidak disengaja karena jebakan bias kognitif.

“Karena itulah, diperlukan kendali diri untuk menjaga etika ilmiah, karena riset adalah soal kejujuran. Kehadiran kelompok kritis juga diperlukan untuk saling mengontrol supaya tidak tergelincir pada praktik yang tidak etis dalam riset ilmiah,” tegasnya.

Pesan senada juga disampaikan oleh Drs. Suwarsono Muhammad, M.A., selaku Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII. Harapnya, Ir. Suparwoko bisa membuat karya-karya sains yang lebih mudah dipahami publik seperti halnya profesor sains terkenal dunia, Stephen Hawking dan Michio Kaku.

“Jadi kalau Pak Suparwoko lepas dari Scopus 2 atau 3 tahun, lalu berfikir tentang growth nya desa dan kota di Indonesia, saya kira ini luar biasa. Jadi sekali-kali tulisan kita menjangkau publik yang jauh lebih luas,” pungkasnya.

Serah Terima SK Guru Besar Prof. Suparwoko UII

Di kesempatan yang sama, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V DIY Prof. drh. Aris Junaidi Ph. D. berpesan kepada Ir. Suparwoko untuk lebih produktif. Ia menilai akan ada tambahan tugas khusus sebagai profesor, terutama pemenuhan kewajiban Tri Dharma.

“Menarik apa yang disampaikan Pak Rektor, bahwa kejujuran akademik penting bagi kita semua, dan ini memang benar,” ujarnya.

Bertambahnya profesor di UII ini menurutnya bisa menambah kiat semangat UII serta mampu meningkatkan reputasi dalam prestasi akademik.

Terhitung dalam lima tahun terakhir, Ir. Suparwoko aktif melakukan berbagai penelitian. Penelitian di antaranya yaitu dengan judul Prototipe Toilet Berbahan Dasar Pipa Paralon dan Papan GRC dengan Pendekatan Penggunaan Bahan dan Cara Kontruksi pada tahun 2022 dengan pendanaan dari Jurusan Arsitektur UII.

Ia juga beberapa kali menerima pendanaan penelitian Ristekdikti pada tahun 2017-2019, serta mendapatkan hibah penelitian dari Dinas PU TARU Kutai Kartanegara di tahun 2013 dan 2012 dengan bidang penelitian pada Kajian Pemanfaatan Ruang Wilayah Rawan Bencana Kebakaran dan Kajian Pemetaan Ruang Wilayah Sungai di Kabupaten Kutai Kartanegara. Tidak hanya itu, ia juga memiliki karya ilmiah yang telah berhasil dipublikasikan dalam beberapa jurnal nasional terakreditasi maupun jurnal internasional bereputasi.

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. memberikan ucapan selamat kepada 27 dosen tetap reguler baru periode April 2023 yang resmi bergabung dalam keluarga besar UII. Mereka dinyatakan lolos seleksi penerimaan dosen tetap reguler yang digelar Direktorat Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan Universitas Islam Indonesia (DSDM UII). Acara berlangsung di Ruang Auditorium Fakultas Hukum, Kampus Terpadu UII pada Senin (27/3).

Para dosen baru tersebut juga disambut oleh Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik & Riset, Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si., Wakil Rektor Bidang Sumber Daya & Pengembangan Riset, Dr. Zaenal Arifin, M.Si., serta sejumlah dekan, ketua jurusan dan ketua program studi.

Prof. Fathul menerangkan iklim kerja di UII yang bersifat kolegial dan egaliter. Menurutnya, sifat ini menjadi pintu masuk yang bagus agar dosen baru dapat mudah berasimilasi. “Di UII, iklim kolegialitasnya sangat terasa. Hubungannya egaliter. Tetapi itu bukan berarti menjadi alasan untuk tidak tahu diri. Sangat egaliter. Jarak umur bukan masalah di UII. Terkadang antardekan saja jarak umurnya bisa 20 tahun juga tidak ada masalah. Sehingga, ini penting untuk dijaga, dan menurut saya ini salah satu keunggulan di UII,” ujarnya.

Lebih lanjut, dosen baru juga diinformasikan mengenai Sekolah Kepemimpinan sebagai rangkaian proses orientasi setelah diterima di UII. Kegiatan tersebut bertujuan memberi pemahaman mengenai mekanisme keorganisasian, proses akademik, serta studi keislaman intensif yang menjadi nilai khas di UII. “Terkait dengan Catur Dharma. Mulai sejarah UII, budaya, regulasi, hak dan kewajiban, jenjang karir dosen, dan lain-lain,” jelas Prof. Fathul.

Selain itu, Rektor juga sempat menyampaikan sejumlah kisah keteladanan dalam rekam jejak sejarah para pendahulu UII, seperti Prof. K.H. Abdulkahar Mudzakkir, Prof. RHA. Kasmat Bahoewinangoen, Prof. Dr. dr. M. Sardjito, M.P.H., H. GBPH. Prabuningrat, hingga Prof. H. Zaini Dahlan, M.A.

“Itu bagian untuk mendekatkan kita dengan nilai-nilai UII, karena nilai-nilai UII ini dulu ditanamkan oleh pendiri sejak berdirinya dan bertahan sampai hari ini. Alhamdulillah saat ini kita masuk di UII dalam kondisi sangat luar biasa baik. Mereka dulu mengawali UII dengan segala ceritanya,” pungkasnya.

Salah satu komponen pendukung proses bisnis di Universitas Islam Indonesia (UII) adalah tenaga kependidikan. Tenaga kependidikan berperan di bidang administrasi pendidikan, pengelolaan keuangan, pengelolaan laboratorium, pengelolaan perpustakaan, teknologi informasi, dan penunjang lainnya. Tenaga kependidikan dituntut untuk selalu meningkatkan kapasitas kompetensi, memiliki etos kerja tinggi, mengikuti perkembangan kemajuan teknologi, serta mampu memberikan produktivitas kerja yang semakin baik.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan tersebut, UII mengadakan pelatihan bagi tenaga kependidikan di lingkungan Rektorat sehingga etos kerja dan produktivitas kerja kedepan dapat lebih baik dalam mendukung proses bisnis di UII. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam 3 (tiga) Batch) tanggal 20, 21 dan 23 Desember 2022 bertempat di Hotel Alana Yogyakarta. Pelatihan tersebut diikuti oleh 163 peserta yang dibagi menjadi 3 (tiga) batch, yang terdiri dari driver, Rumah tangga, bagian umum, kesekretariatan dan juga keuangan.

Dengan pelatihan ini diharapkan “mampu memberikan pemahaman mengenai pentingnya memiliki etos kerja tinggi dan menerapkan etos kerja, serta strategi untuk meningkatkan etos kerja kemudian produktivitas kerja menjadi meningkat, dan juga setiap tenaga kependidikan mampu mengatur  diri  dalam rangka meningkatkan etos kerja, karena pekerjaan yang dilakukan di UII sebagai salah satu bentuk ibadah sehingga nilai-nilai luhur dalam bekerja harus diterapkan”. Demikian pesan yang disampaikan oleh Direktur Sumber Daya Manusia/sekolah Kepemimpinan Ibu Ike Agustina, S.Psi., M. Psi., Psi. dalam sambutan dan pengarahannya

Pemateri dalam pelaksanaan tersebut diisi oleh Dr. Gina Rahmalia Ginandjar, beliau adalah Trainer Madya Pusdiklat Ir. H. Djuanda PT. Kereta Api Indonesia Bandung. Materi yang disampaikan dengan sangat menarik dan aktraktif  diselinggi dengan permainan yang membuat pelatihan tidak monoton membangun pola pikir, mindset, paradigma dan juga kunci menciptakan kesuksesan etos dan produktivitas meningkat.

Universitas Islam Indonesia (UII) mensyukuri nikmat dengan bertambahnya 18 dosen bergelar doktor di tahun 2022. Penambahan dosen berkualifikasi pendidikan doktor tersebut merupakan wujud komitmen UII untuk terus meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan standar akademik di lingkungan kampus. Acara Penyambutan Doktor Baru UII tersebut berlangsung di Gedung Kuliah Umum dr. Sardjito, Kampus Pusat UII pada Kamis (29/12). Turut hadir Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf (YBW UII), Drs. Suwarsono Muhammad, M.A serta jajaran dekan dan dosen UII.

Direktur Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan UII, Ike Agustina, S.Psi., M.Psi., Psikolog dalam press releasenya menyampaikan pada tahun 2022 ini doktor UII yang lulus paling banyak berasal dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) yaitu sebanyak 5 orang. Lalu disusul dengan Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) serta Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) masing-masing sebanyak 3 orang. Kemudian dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) dan Fakultas Teknologi Industri (FTI) masing-masing 1 orang.

Sementara itu, Rektor UII, Prof. Fathul Wahid menerangkan saat ini cacah dosen UII yang menyelesaikan doktor terus bertambah, “Dengan memasukkan 18 doktor baru yang hari ini kita sambut, saat ini sebanyak 31,95% atau 248 dari 776 dosen UII telah berpendidikan doktor. Presentase ini jauh dari rata-rata nasional yang baru mencapai 13.98%”.

Ia menambahkan turut bersyukur karena di akhir 2022 ini sebanyak 166 dosen UII sedang menempuh program doktor baik di UII, universitas dalam negeri maupun luas negeri. Adapun negara studi doktor terbaru yaitu dari Indonesia 11 orang, Jepang 6 orang dan Inggris 1 orang.

Ucapan syukur juga disampaikan oleh Ketua Umum PYBW UII, Suwarsono Muhammad, “Alhamdulillah hari ini kita menyambut 18 doktor baru di UII. Dengan segala jerih payahnya saya kira ini adalah peristiwa yang harus kita syukuri. Saya ucapkan selamat,”.

Ia juga memberi pesan ketika kita ada di tempat yang tinggi, maka pasti tanggung jawabnya lebih besar. Oleh karena itu beban seperti ini harus dinikmati dan disyukuri agar tidak terbawa arus kegelapan. Terakhir ia berpesan untuk optimis karena optimis lebih baik dari pesimis.

Terakhir, Any Juliani, S.T., M.Sc., (Res.Eng.)., Ph.D. sebagai wakil lulusan doktor 2022 mengucapkan syukur kepada Allah Swt. karena telah menyelesaikan proses pendidikan di level tertinggi yaitu S3. Ia juga menjelaskan proses pendidikan doktor adalah jalan panjang dan berliku, “Tidak hanya dimulai dari terdaftar sebagai mahasiswa S3, tapi jauh sebelum itu. Menentukan topik, mencari supervisor melalui berbagai proses ujian masuk, mencari beasiswa, bahkan bisa lebih awal lagi dengan misalnya membangun track record penelitian yang baik atau membangun jejaring,” terangnya.

Ia juga menyampaikan sebagai perwakilan dari lulusan doktor 2022, mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga besar UII, pimpinan, serta jajaran dosen dan tenaga kependidikan atas dukungannya dalam berbagai aspek.

“Perjalanan studi mungkin sudah berakhir, tapi perjuangan belum selesai. Ilmu yang kami dapatkan adalah amanah yang harus ditunaikan, diamalkan, diajarkan. Sehingga dapat memberikan manfaat bagi institusi, masyarakat serta menjadi sarana kami makin mendekat kepada Allah SW,” pungkas Any.

 

Indonesia Higher Education Leader (iHiLead) merupakan program hibah internasional dari Erasmus+ Uni Eropa. Program iHiLead di Indonesia dikelola oleh tujuh kampus, yaitu Universitas Islam Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Negeri Semarang, President University, Universitas Brawijaya, dan STIE Malangkucecwara. Tujuh kampus yang terhimpun dalam konsorsium nasional sejak awal 2021 telah merumuskan dan melaksanakan Pilot program iHiLead dengan bentuk pelatihan kepemimpinan bagi pimpinan di tujuh perguruan tinggi anggota konsorsium di Indonesia. Pelatihan ini diikuti oleh 14 orang peserta dan telah dilaksanakan di kampus-kampus, baik di dalam maupun luar negeri, seperti di University of Granada, Spanyol.

Peserta Piloting iHiLead dibagi menjadi empat kelompok, dan setiap kelompok diberi tugas untuk merencanakan dan melaksanakan sebuah project perubahan. Salah satu grup yang terdiri dari Dr. Desi Harneti Putri Huspa (Universitas Padjadjaran), dr. Rr. Sri Ratna Rahayu, M. Kes., Ph.D. (Universitas Negeri Semarang), Dr. Farid Setiawan, M.Pd.I. (Universitas Ahmad Dahlan) dan Pangesti Rahman, S.E. (Universitas Islam Indonesia) menggagas suatu program yang diberi tajuk Professional Lecturer Goes to Industry. Program ini digagas untuk menjawab permasalahan yang diangkat dari salah satu universitas anggota konsorsium. Permasalahan dianalisis berdasarkan fakta begitu banyak mahasiswa pasca magang di dunia industri belum dapat terserap secara maksimal. Fenomena ini terjadi pula pada banyak perguruan tinggi di Indonesia. Rendahnya daya serap lulusan program sarjana di industri, menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat pengangguran di Indonesia hingga mencapai 6,97 % pada Februari 2021 (sumber : Biro Pusat Statistik). Tentu banyak faktor yang memicu kondisi tersebut, salah satunya adalah kompetensi dosen dalam melaksanakan proses pendidikan yang masih terdapat gap yang cukup besar dengan kebutuhan industri.

Program Professional Lecturer Goes to Industry ini merupakan pengembangan dari Program Dosen Magang di Industri dari Direktorat Sumber Daya Kemendikbud. Program ini didesain dalam bentuk pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian) di industri. Melalui program ini, dosen diberikan kesempatan melihat dan terlibat langsung pada dunia industri dan dunia kerja sehingga dapat berdampak pada proses pembelajaran di kelas. Selain itu, dosen juga dapat mengajukan program hibah penelitian dan pengabdian yang disediakan oleh kampus. Hibah tersebut harus berkolaborasi dengan mitra dari dunia industri atau dunia kerja. Semua itu dirancang untuk membangun link and match antara perguruan tinggi dengan dunia industri, tutur Desi sebagai Project Leader.

Desi dan tiga orang trainee anggota kelompoknya telah merancang buku panduan program Professional Lecturer Goes to Industry. Buku tersebut sedang diujicobakan di salah satu Perguruan Tinggi anggota konsorsium nasional. Uji coba ini, di satu sisi, dimaksudkan untuk memperoleh masukan-masukan yang konstruktif dari masyarakat akademik, sehingga buku panduan yang telah dirancang benar-benar dapat diterapkan dengan baik. Di sisi lain, ujicoba juga dimaksudkan untuk membangun ekosistem baru di lingkungan dosen agar menjalin relasi dengan dunia industri.

Dalam rangka menyempurnakan Buku Pedoman Program Professional Lecturer Goes to Industry, Desi dan kawan kawan menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) yang bertajuk Program Professional Lecturer Goes to Industry : MBKM Based – Lecturer Competency Development, dengan mengundang para koordinator iHiLead di setiap Perguruan Tinggi anggota konsorsium nasional, untuk menerima masukan dan pendapat. FGD dilaksanakan secara daring pada Hari Jum’at, 9 Desember 2022 yang lalu, dan dihadiri oleh Dr.Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, M.A., IAI. (UII), Prof. apt. Melisa Intan Barliana, Ph.D. (Unpad), Dorojatun Prihandono, S.E., M.M., Ph.D. (UNNES) Afit Istiandaru, S.Pd., M.Pd. (UAD), Prof. Devanto Shasta Pratomo, S.E., M.Si., Ph.D. (UB), Andi Ina Yustina, M.Sc., CMA (President Univesity), Ir. Dwi Nita Aryami, M.M., Ph.D. (STIE Malangkucecwara).

“Buku pedoman sebaiknya dapat berfungsi sebagai pedoman bagi semua stakeholder yang terlibat, seperti industri, universitas, fakultas, program studi, dosen universitas, praktisi kolaborator, dan mahasiswa’, demikian saran dari Dr. Ilya Mahardika membuka sesi diskusi. Keuntungan bagi setiap stakeholder juga harus dimunculkan pada buku pedoman. Apa keuntungan bagi perguruan tinggi, industri, dosen, dan mahasiswa, demikian saran dari banyak peserta diskusi. Tentunya harus diperhitungkan pula anggaran yang diperlukan. Kebijakan pada level Perguruan Tinggi sangat diperlukan untuk menjamin keberjalanan dari program ini. Masih banyak lagi saran dan masukan menghangatkan suasana diskusi. Diskusi ditutup dengan penyampaian rencana tindak lanjut bagi penyelenggara untuk perbaikan buku panduan. Besar harapan dari para peserta diskusi agar perencanan program Professional Lecturer Goes to Industry dapat terus dimatangkan agar dapat dilaksanakan di perguruan tinggi di Indonesia.