HRD Corner merupakan catatan kegiatan, gagasan, dan opini berupa artikel yang ditulis langsung oleh Direktur Sumber Daya Manusia.

Dalam kesibukan dunia yang begitu padat, sering kali kita lupa satu hal penting: bahwa kehidupan di dunia ini tidak kekal. Kita berlari mengejar harta, jabatan, popularitas, dan kenikmatan yang dimana sifat dari semua itu hanyalah sesaat. Justru kita cenderung melupakan tujuan hakiki dari penciptaan kita. Padahal, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an:

“Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan permainan dan senda gurau. Dan sesungguhnya kampung akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut: 64)

Ayat diatas selalu menjadi pengingat kita sebagai seorang muslim bahwa dunia ini bukan merupakan tempat yang bisa ditinggali oleh manusia selama-lamanya. Akhir dari kehidupan selalu memantau kita setiap detiknya. Dunia hanyalah tempat singgah sementara layaknya sebuah terminal yang menjadi tempat kita menunggu giliran kira melanjutkan perjalanan ke kampung akhirat yang sifatnya kekal. Dunia ibarat hanyalah menjadi ladang tempat kita menanam amal, dan hasilnya akan kita petik di akhirat kelak.

 

Setiap manusia yang hidup di dunia sejatinya adalah seorang musafir. Seorang yang sedang dalam perjalanan. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang lewat.” (HR. Bukhari)

Seperti yang bisa kita pahami bahwa tidak ada orang asing yang akan membangun istana di tempat yang hanya disinggahinya sebentar. Mereka tidak akan berlama-lama berada disuatu tempat yang dimana memang bukanlah disitu tujuan akhirnya. Cepat atau lambat kita akan segera meninggalkan tempat singgah kita sementara tersebut untuk kembali melanjutkan perlajalanan kita ke tujuan utama kita. Dari sini kita bisa memahami juga bahwa sejatinya kita tidak boleh terlalu sibuk membangun dunia yang diibaratkan sebagai tempat singgah sementara kita dan justru melupakan tujuan utama kita yakni akhirat. Karena sehebat apapun kehidupan kita di dunia, semuanya akan sirna ketika ajal datang menjemput. Tidak ada yang bisa kita lakukan kembali setelah kita meninggalkan semua hal yang fana ini.

                Sering kali kita menyia-nyiakan kesempatan/waktu yang Allah berikan kepada kita. Padahal jika kita mau berfikir, kesempatan/waktu adalah nikmat yang luar biasa besarnya bagi kehidupan kita selama ini. Tapi justru sering sekali kita mengabaikan serta menyia-nyiakannya dengan mudahnya. Kita selalu merasa bahwa masih ada nanti, hari esok, bulan depan, tahun depan, dll. Tanpa kita sadari bahwa waktu/kesempatan adalah sesuatu yang ghaib. Karena kita tidak tahu kapan kematian akan datang menghampiri kita. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185)

                Semua makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan, manusia, bumi, langit, dll. Pasti akan mengalami akhir yang kita sebut dengan kematian. Kematian datang tanpa melihat bagaimana kondisi/keadaan kita. Ketika datang ya datang. Kematian datang sesuai dengan waktu yang telah Allah tetapkan kepada makhluknya. Ketika ajal telah datang, siapa yang bisa menundanya? Menunda untuk sesaat atau bahkan sedetik? Tentu jawabannya tidak ada. Tidak ada kompromi atau negosiasi. Time is over. Disaat itulah yang ada hanyalah penyesalan dan penyesalan. Bagi mereka yang telah melakukan banyak amal baik akan menyesal kenapa mereka tidak melakukan lebih banyak amal baik lagi. Bagi mereka yang tidak memiliki cukup amal, mereka tentu akan menyesal kemana saja mereka selama ini telah menyia-nyiakan kesempatan/waktu yang telah diberikan hanya untuk perbuatan-perbuatan yang tidak berguna.

“Ya Tuhan kami, kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh…” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)

Telah Allah ceritakan bagaimana keadaan mereka yang sangat menyia-nyiakan waktu/kesempatan mereka ketika didunia. Mereka telah mengetahui bahwa semua apa yang telah mereka lakukan adalah sia-sia, mereka penuh dengan penyesalan. Meminta ampun dan memohon untuk dikembalikan kedunia, tapi tiada guna semua itu dihadapan Allah. Telah diberi kesempatan kepada setiap mereka. Tiap mereka membuka mata di pagi hari, tapi mereka terlena dengan kemewahan dan kesenangan dunia tanpa memikirkan betapa pentingnya akhirat sebagai tujuan akhir mereka sebagai manusia. Maka, sekaranglah saat terbaik untuk memperbanyak amal. Karena hanya amal saleh yang akan menjadi teman setia kita di alam kubur hingga ke akhirat.

Amal ibadah adalah investasi sejati seorang mukmin. Ia tidak hanya berbuah pahala, tetapi juga memberikan ketenangan hati dan kedekatan dengan Allah. Berikut beberapa bentuk amal yang bisa kita tingkatkan:

  1. Shalat Tepat Waktu

Shalat adalah tiang agama dan amalan pertama yang akan dihisab. Jangan remehkan lima waktu yang menjadi penghubung antara kita dan Sang Pencipta.

  1. Sedekah dan Infaq

Sedekah bukan sekadar memberi, tetapi juga pembersih harta dan pengundang keberkahan. Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi orang yang bersedekah.

  1. Membaca dan Mengamalkan Al-Qur’an

Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk ditadabburi dan diamalkan. Jadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dalam setiap langkah kehidupan.

  1. Dzikir dan Doa

Ingatlah Allah dalam setiap kondisi. Lisan yang basah oleh dzikir akan membawa ketenangan jiwa dan menumbuhkan rasa syukur.

  1. Menuntut Ilmu

Ilmu adalah cahaya. Menuntut ilmu agama adalah bentuk ibadah yang akan membimbing kita dalam beramal dengan benar.

  1. Berakhlak Mulia

Rasulullah ﷺ diutus untuk menyempurnakan akhlak. Bersikap lembut, jujur, rendah hati, dan suka membantu adalah bagian dari ibadah yang sering diremehkan.

Merenung: Apakah Kita Siap?

Pertanyaan yang perlu kita ajukan kepada diri sendiri adalah: “Apakah kita sudah siap untuk kembali kepada Allah?” Jika hari ini adalah hari terakhir kita di dunia, apakah amal kita cukup? Apakah kita sudah memperbaiki hubungan kita dengan sesama dan dengan Allah?

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Gunakan lima perkara sebelum lima perkara: hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, luangmu sebelum sempitmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu.” (HR. Al-Hakim)

Waktu terus berjalan, dan kematian tidak menunggu kita sadar. Maka jangan tunda amal ibadah. Hari ini mungkin masih ada waktu. Tapi esok, tak ada yang bisa menjamin.

Kesimpulan: Dunia Bukan Tujuan Akhir

Dunia hanyalah perjalanan. Maka jangan tertipu oleh gemerlapnya. Fokuslah pada akhirat, karena di sanalah kehidupan yang kekal berada. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk senantiasa mempersiapkan bekal sebanyak mungkin sebelum berpulang.

Mari jadikan setiap hari sebagai kesempatan memperbanyak ibadah, memperbaiki diri, dan menjadi pribadi yang lebih dekat kepada Allah.

Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang cerdas, yang memanfaatkan dunia untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat.

Berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148)

Wallahu a’lam bishawab.

 

Baca Artikel lain kami:

 

Ikuti kami di media sosial : Youtube Instagram

Loading

Istilah work-life balance semakin relevan di era modern ini. Banyak individu mengalami tekanan kerja yang tinggi, sehingga sulit membagi waktu antara karier, keluarga, dan spiritualitas. Dalam Islam, keseimbangan antara dunia dan akhirat menjadi prinsip utama dalam menjalani kehidupan. Work-Life Balance mengajarkan kita untuk tidak hanya fokus pada karier dan duniawi, tetapi juga menjaga hubungan dengan Allah dan keluarga agar hidup tetap seimbang.

Tren media sosial seperti #kaburajadulu mencerminkan realitas sulitnya memperoleh pekerjaan layak. Banyak generasi muda dan pekerja terdampak lay-off. Oleh karena itu, kita perlu bersyukur terhadap pekerjaan dan bertanggungjawab penuh. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)

Pekerjaan sebagai Ibadah

Islam mengajarkan bahwa pekerjaan dapat bernilai ibadah jika berlandaskan pada niat yang benar. Bekerja tidak hanya demi gaji atau status sosial, tetapi juga untuk mencari ridha Allah Swt. Dimana terdapat hadits berbunyi:

“Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Dengan meluruskan niat, pekerjaan yang dilakukan akan mendatangkan keberkahan dan pahala. Seorang muslim juga dianjurkan untuk bekerja dengan profesionalisme, jujur, disiplin, dan bertanggung jawab, sebagaimana dalam hadits:

“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, dia menyempurnakannya.” (HR. Thabrani)

Menjaga Keseimbangan Spiritual dan Pekerjaan

Selain bekerja dengan baik, tidak boleh abai pada aspek spiritual. Allah memberikan waktu yang sama kepada setiap hamba-Nya, sehingga perlu mengalokasikan waktu untuk beribadah dan memperdalam ilmu agama. Merutinkan diri untuk bisa mengikuti kajian baik daring maupun luring, dapat menjadi moment diri kita menepi sejenak dari hiruk pikuk dunia. Umat Islam bisa semakin mudah memperdalam ilmu agama (dengan tetap bersumber pada Al Qur’an dan Hadist), selain itu mengikuti kelas seperti belajar tahsin dan bahasa arab bisa menjadi alternatif aktivitas yang bermanfaat untuk menambah wawasan dalam beragama.

Kemudian, salah satu bentuk menjaga keseimbangan spiritual sehari-hari adalah melaksanakan sholat tepat waktu. Walaupun pekerjaan terasa tanggung untuk ditinggalkan, kita harus tetap memprioritaskan sholat sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 103)

 

Hak Tubuh untuk Istirahat

Selain bekerja dan beribadah, Islam juga mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental. Beristirahat, berlibur, serta meluangkan waktu bersama keluarga adalah bagian dari keseimbangan hidup. Dalam hadits disebutkan:

“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu.” (HR. Bukhari & Muslim)

Relaksasi membantu menjaga produktivitas dan kebahagiaan, sehingga dapat menjalankan tugas dan ibadah dengan lebih optimal.

Kesimpulan

Islam mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Bekerja keras itu penting, tetapi tidak boleh melupakan kewajiban kepada Allah dan diri sendiri. Dengan bersyukur atas pekerjaan, bekerja profesional, mengalokasikan waktu untuk ibadah dan keluarga, serta menjaga kesehatan, kita dapat mencapai work-life balance yang diridhai Allah Swt.

Semoga kita semua dapat menjalani kehidupan yang seimbang, berkah, dan harmonis antara pekerjaan dan ibadah. Aamiin.

 

Baca Artikel lain kami:

 

Ikuti kami di media sosial : Youtube Instagram

Loading

Dalam kehidupan modern, terutama di lingkungan kerja, kinerja seseorang sering kali bergantung pada kondisi fisik dan mental yang prima. Namun, tidak jarang kita temui orang-orang yang datang tepat waktu tetapi tampak lesu, seolah belum siap untuk menjalani hari. Kondisi ini tidak hanya mencerminkan kesehatan fisik dan mental yang terabaikan, tetapi juga kurangnya kesadaran rohani untuk mensyukuri nikmat Allah, termasuk nikmat bangun pagi.

Ibadah shubuh, sebagai salah satu langkah awal, dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kinerja. Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS. Al-Ankabut: 45). Melaksanakan shalat shubuh bukan hanya bentuk ibadah, tetapi juga langkah awal untuk mensyukuri nikmat pagi hari, menjaga kesehatan mental, dan mempersiapkan tubuh agar siap beraktivitas. Dengan kombinasi kesehatan jasmani dan rohani, kinerja kita dapat meningkat secara signifikan.

 

Hubungan Kesehatan Jasmani dan Rohani dengan Produktivitas Kinerja

1. Pentingnya Kesehatan Jasmani untuk Kinerja

Kesehatan fisik adalah fondasi produktivitas. Penelitian menunjukkan bahwa olahraga ringan di pagi hari, seperti berjalan kaki atau peregangan, dapat meningkatkan aliran darah ke otak, memperbaiki suasana hati, dan meningkatkan konsentrasi. Bagi usia di atas 40 tahun, aktivitas fisik juga membantu menjaga kesehatan jantung, mengurangi risiko penyakit kronis, dan memperbaiki kualitas tidur.
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya terdapat kebaikan.” (HR. Muslim). Hadis ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga tubuh agar tetap sehat dan kuat untuk melaksanakan tugas duniawi maupun ibadah.

2. Pentingnya Kesehatan Rohani untuk Kinerja

Rohani yang sehat memberikan ketenangan hati, yang berimbas pada kestabilan emosi dan kesehatan mental. Shalat shubuh, sebagai bentuk penghambaan kepada Allah, membawa ketenangan batin dan menjauhkan kita dari kecemasan. Dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28, Allah berfirman: “Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Melalui ibadah yang konsisten, kita diajarkan untuk menghadapi tantangan hidup dengan pikiran yang jernih. Selain itu, beribadah di awal hari juga memotivasi kita untuk menjalani aktivitas dengan semangat, mengutamakan efisiensi, dan menjaga harmoni di tempat kerja.

3. Sinergi antara Kesehatan Jasmani dan Rohani untuk Kinerja Optimal

Keseimbangan antara jasmani dan rohani adalah kunci produktivitas. Orang yang menjaga kesehatan tubuhnya melalui olahraga dan pola makan sehat cenderung memiliki energi yang lebih besar untuk beribadah. Sebaliknya, rohani yang terjaga memotivasi seseorang untuk menjaga tubuhnya sebagai bentuk amanah dari Allah. Dengan menjaga keduanya, seseorang mampu bekerja lebih optimal, berinteraksi dengan orang lain secara positif, dan menghadapi stres dengan lebih baik.

Langkah-Langkah Praktis untuk Meningkatkan Kesehatan Jasmani dan Rohani

a. Memulai Hari dengan Shalat Shubuh : Jadikan shalat shubuh sebagai momentum untuk mensyukuri nikmat Allah dan memulai hari dengan energi positif.
b. Olahraga Ringan di Pagi Hari : Lakukan aktivitas seperti berjalan kaki, peregangan, atau senam ringan selama 15-30 menit.
c. Mengonsumsi Makanan Bergizi : Pilih makanan yang kaya serat, protein, dan rendah gula untuk menjaga energi sepanjang hari.
d. Mengelola Stres : Lakukan relaksasi, dzikir, atau membaca Al-Qur’an untuk menjaga ketenangan hati.
e. Konsisten dalam Ibadah : Selain shalat wajib, tambahkan ibadah sunnah seperti tahajud dan dzikir pagi untuk mendekatkan diri pada Allah.

 

Menuju Hidup yang Lebih Seimbang dan Bermakna

Kesehatan jasmani dan rohani adalah kunci untuk mencapai kinerja yang unggul. Dengan menjaga keseimbangan keduanya, kita tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga mendapatkan keberkahan hidup. Awali hari dengan ibadah, syukuri nikmat Allah, dan rawat tubuh sebagai amanah.

Semangat untuk terus memperbaiki diri, karena setiap upaya kita adalah bagian dari ibadah kepada Allah SWT. “Dan katakanlah (Muhammad), ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu.'” (QS. At-Taubah: 105).

 

Baca artikel lain kami:

Loading

The butterfly effect merupakan istilah metafora jika diterjemahkan adalah efek kepakan sayap kupu-kupu. The butterfly effect pertama kali diperkenalkan oleh Edward Norton Lorenz pada 1961, seorang peneliti bidang meteorologi. Melalui sebuah metafora, Ia mengemukakan bahwa seluruh kejadian dalam kehidupan kita pada dasarnya merupakan rangkaian dari kejadian yang acak atau random.  Dilansir dari buku “The Essence of Chaos” (1993), Lorenz pertama kali mengemukakan teori tersebut berawal saat Ia melakukan simulasi program di komputer untuk memprediksi cuaca. Ia memasukan angka faktor dengan desimal kecil 0,506127 untuk mendapatkan presisi perkiraan cuaca. Lorenz mendapati angka desimal tersebut setara dengan kepakan sayap kupu-kupu. Lorenz terhenyak saat mengetahui gambaran satu kepakan sayap kupu-kupu dapat menghasilkan efek tornado yang besar, inilah yang disebut dengan teori The butterfly effect. Berdasarkan teori tersebut, secara sederhana butterfly effect adalah perubahan kecil yang memberikan dampak besar dalam jangka panjang untuk suatu peristiwa atau kejadian di alam semesta atau di kehidupan setiap manusia..

Sebagai seorang Muslim, kita meyakini sepenuhnya bahwa setiap peristiwa dalam kehidupan adalah ketentuan dari Allah yang pasti terjadi. Tidak ada satu pun yang luput dari kehendak-Nya. Semua kejadian berlangsung dalam pengaturan sempurna oleh Allah Al-Muhaimin, Sang Maha Pengatur. Alam semesta ini bergerak dengan keteraturan yang luar biasa, seperti tata surya, di mana matahari, bumi, dan bulan berputar sesuai ritme masing-masing. Semuanya mengikuti irama yang telah ditetapkan oleh Allah. Namun, sebagai manusia, kita sering kali tidak mampu memahami ritme tersebut, sehingga berbagai kejadian tampak acak di mata kita. Setiap individu memiliki kemampuan untuk mengambil langkah kecil menuju perubahan yang lebih baik, dan langkah tersebut dapat membawa pengaruh positif yang signifikan bagi lingkungan sekitarnya.

Meskipun kita meyakini adanya keteraturan dalam kehendak Allah terhadap alam semesta dan pola kehidupan setiap makhluk, namun ada penjelasan logis yang bisa dipelajari dari teori butterfly effect. Karena keterbatasan pengetahuan manusia, skenario besar yang Allah atur di alam semesta seringkali terlihat acak di mata kita. Baru setelah peristiwa terjadi, kita mulai menyadari keterkaitan dan hikmah di baliknya. Hal-hal yang belum terjadi tetaplah menjadi rahasia bagi manusia, dan tidak dapat seorangpun bisa memastikannya. Dalam kehidupan sehari-hari penulis pernah merasakan butterfly effect. Sesaat setelah menamatkan  perkuliahan dan tengah mencari pekerjaan, penulis merasakan banyak faktor yang mempengaruhi diterima atau ditolak suatu lamaran pekerjaan, faktor tersebut tampak random dan tidak bisa diprediksi. Banyak terbesit pertanyaan apakah nanti akan bekerja sesuai jurusan kuliah atau berbeda sama sekali dengan ilmu yang ditekuninya. Namun, seiring waktu, penulis menyadari bahwa keputusan-keputusan kecil yang diambil selama proses tersebut, seperti memilih untuk menghadiri seminar tertentu, mengikuti pelatihan tambahan, atau bahkan berbincang dengan seseorang yang tidak dikenal di sebuah acara, ternyata memberikan dampak besar terhadap perjalanan karier. Langkah-langkah kecil tersebut, meskipun tampak sepele namun bisa membawa penulis pada kesempatan-kesempatan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan, hingga akhirnya mendapatkan pekerjaan yang tidak hanya sesuai dengan minat, tetapi juga memberikan ruang untuk berkembang lebih jauh.

Ketidaksengajaan kecil yang dialami seseorang bisa menjadi titik awal perubahan besar dalam hidupnya di kemudian hari. Sebuah ajakan sederhana dari teman, yang awalnya dianggap iseng, mungkin saja menjadi jalan menuju perubahan nasib. Bahkan, sebuah pertemuan singkat dengan seseorang di kereta api atau pesawat bisa membuka peluang besar yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bagi manusia, semua peristiwa ini tampak acak dan tanpa pola. Namun, di sisi Allah, segala sesuatu telah diatur dengan sempurna sesuai dengan kehendak-Nya, mengajarkan kita untuk percaya bahwa tidak ada yang terjadi tanpa tujuan dan hikmah yang mendalam. Untuk itu, yang sebenarnya dibutuhkan oleh setiap individu adalah mengambil langkah kecil layaknya kepakan sayap kupu-kupu yang diarahkan pada hal-hal positif. Lebih dari itu, kita juga dapat berkontribusi dalam kehidupan orang lain melalui usaha-usaha sederhana yang memberikan dampak besar. Dengan satu tindakan kecil yang dan diiringi niat baik, kita tidak hanya dapat mengubah kehidupan seseorang, tetapi juga menciptakan gelombang kebaikan yang terus meluas. Setiap langkah positif yang kita ambil memiliki potensi untuk menjadi inspirasi, membuka peluang baru, dan membawa manfaat jangka panjang bagi orang-orang di sekitar kita.

Kita semua memahami pentingnya makna silaturahmi dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sendiri mengarahkan kita untuk memperbanyak silaturahmi. Diriwayatkan dari Ibnu Sihab telah menginformasikan padaku Anas bin Malik ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan sisa umurnya, maka sambunglah tali kerabatnya (HR. Bukhari). Butterfly effect dapat terjadi ketika kita banyak melakukan silaturahmi. Dalam kehidupan sosial, dimana setiap tindakan kecil, seperti saling menyapa atau berbagi cerita, dapat membawa dampak besar yang tak terduga di masa depan. Sebuah senyuman tulus yang diberikan hari ini mungkin menginspirasi orang lain untuk melakukan hal baik, menciptakan rantai kebaikan yang meluas jauh melampaui lingkaran terdekat kita. Dalam silaturahmi, kekuatan kecil dari komunikasi dan kehangatan hati bisa menjadi awal dari perubahan besar, mempererat persaudaraan, membuka pintu rezeki, dan bahkan menyelesaikan konflik yang sulit terpecahkan. Bisa jadi karena suatu silaturahmi, seseorang bisa mendapatkan pekerjaan yang melampaui impiannya. Bisa jadi karena suatu silaturahmi, seseorang bisa mendapatkan proyek bernilai tinggi. Seseorang bisa sembuh dari berbagai penyakit yang diderita juga bisa karena bersilaturahmi. Usaha silaturahmi tidak lebih dari satu kepakan sayap kupu-kupu, namun dampaknya bisa besar dan mengubah hidup seseorang. 

Mengutip dari Surat Ar-Rahman ayat 60 berikut 

هَلْ جَزَاۤءُ الْاِحْسَانِ اِلَّا الْاِحْسَانُۚ

Artinya : “Adakah balasan kebaikan selain kebaikan pula ? (Q.S. Ar-Rahman:60)

Demikian Allah mengajarkan kepada kita, untuk terus mengepakan sayap kebaikan, pasti Allah akan membalas pula dengan kebaikan. Karena itu, setiap langkah kebaikan yang kita upayakan, sekecil apa pun, akan selalu bernilai di sisi-Nya. Allah tidak pernah membiarkan usaha hamba-Nya berlalu tanpa arti, karena janji-Nya untuk membalas kebaikan dengan kebaikan adalah kepastian. Maka, teruslah menebar manfaat dan menjaga silaturahmi, sebab setiap kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita dengan cara yang sering kali tak terduga.

Butterfly Effect menggambarkan bagaimana sebuah tindakan kecil dapat memengaruhi sesuatu secara signifikan, menciptakan dampak besar yang sulit diprediksi. Keputusan kecil pun dapat berdampak besar misalnya, keputusan sederhana seperti bangun lebih pagi dari biasanya dapat membawa perubahan besar. Dengan waktu ekstra, kita bisa menikmati sarapan yang memberi energi, meningkatkan fokus dan semangat sepanjang hari. Pekerjaan yang terselesaikan dengan baik membuat atasan puas, hingga akhirnya memutuskan untuk memberikan promosi. Dampaknya, karier pun berkembang, penghasilan meningkat, dan ekonomi keluarga menjadi lebih stabil. Kebutuhan anak-anak terpenuhi dengan baik, sehingga tercipta kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup secara keseluruhan. Dalam dunia kerja, butterfly effect tercermin dari bagaimana tindakan kecil dapat menciptakan dampak besar bagi organisasi. Sebuah ucapan terima kasih kepada rekan kerja, misalnya, dapat meningkatkan semangat tim, mendorong produktivitas, dan menciptakan suasana kerja yang lebih harmonis. Sebaliknya, kelalaian dalam menyelesaikan tugas kecil bisa mempengaruhi jalannya proyek besar, bahkan merugikan perusahaan. 

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk memupuk sendi-sendi kebaikan agar mampu mengambil langkah kecil yang dapat memberikan dampak besar kepada orang dan lingkungan di sekitar. Jangan pernah berhenti mengepakan sayap kebaikan. Karena kita tidak tahu kepakan sayap mana yang akan menjadi penolong kita di kehidupan kelak. Karena kita tidak tahu kepakan sayap mana yang akan membukakan pintu rejeki kepada kita. Maka, kepakkanlah sayap kebaikanmu hingga timbul esensi kehidupan.

“Di dalam teori Butterfly Effect setiap dari kita ibarat kupu-kupu, dimana setiap langkah kecil yang kita ambil menuju pola pikir yang lebih positif dapat menciptakan dampak besar berupa nuansa positif yang dirasakan oleh organisasi, keluarga, dan komunitas di sekitar kita.”

 

Baca artikel terkait kami:

Ikut kami di media sosial : Youtube Instagram

Loading

Makna hidup dalam Islam memiliki jawaban yang mendalam dan penuh hikmah, membantu setiap manusia memahami tujuan penciptaan serta menjalani kehidupan dengan lebih bermakna. Melalui video ini, kita akan mengeksplorasi makna hidup menurut Al-Qur’an dan Sunnah, serta bagaimana memahami tujuan penciptaan kita dapat membawa ketenangan hati.

 

 

Ingin mengetahui lebih banyak tentang panduan hidup Islami? Cek konten terbaru kami untuk artikel inspiratif lainnya dan jangan lewatkan konten terbaru kami di HRDUII!

 

Baca artikel terkait kami:

 

Ikuti kami di media sosial : Youtube Instagram

Loading

Puasa Sunnah merupakan amal ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan. Selain karena keutamaan pahala dan surga-Nya, ada juga keutamaan pada sisi kesehatannya. Puasa ini bukan sekadar menahan diri dari lapar dan dahaga, tetapi juga menjadi bentuk latihan diri untuk disiplin, sabar, dan meningkatkan kepekaan sosial terhadap sesama. Puasa sunnah menjadi ibadah tambahan yang dapat membantu mencapai keseimbangan fisik dan mental, serta memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta. Dua puasa sunnah yang dianjurkan adalah puasa Senin-Kamis dan ayyamul bidh.

 

Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh

Puasa ayyamul bidh merupakan puasa yang dilaksanakan pada hari-hari pertengahan bulan Hijriah, yaitu tanggal 13, 14, dan 15. Dalil yang lebih kuat menyebutkan pelaksanaan puasa ayyamul bidh sebagai berikut:

Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya:
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
“Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” [1]

Dari Ibnu Milhan Al Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ . وَقَالَ هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ
“Rasulullah ﷺ biasa memerintahkan kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh, yaitu tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Beliau bersabda, “Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa setahun.” [2]

Dalil Puasa Tiga Hari

Namun, ada juga dalil yang menguatkan puasa tiga hari dalam sebulan tanpa terbatas di pertengahan bulan. Salah satu hadits yang membicarakan hal ini adalah:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
“Kekasihku (Rasulullah ﷺ) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” [3]

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

“Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” [4]

Dari Mu’adzah Al-‘Adawiyyah, ia pernah bertanya kepada Aisyah, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ قَالَتْ نَعَمْ. فَقُلْتُ لَهَا مِنْ أَىِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ يُبَالِى مِنْ أَىِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ يَصُومُ
“Apakah Rasulullah ﷺ biasa melaksanakan puasa tiga hari setiap bulannya?” Aisyah menjawab, “Iya.” Ia pun bertanya, “Pada hari apa beliau berpuasa?” Aisyah menjawab, “Beliau tidak memperhatikan pada hari apa beliau berpuasa dalam sebulan”[5].

Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa puasa pada ayyamul bidh lebih utama jika ada kemudahan untuk mengerjakannya. Namun, jika sulit, cukup berpuasa tiga hari pada hari mana saja yang disuka.

 

Manfaat Puasa Sunnah bagi Kesehatan

Puasa sunnah memiliki banyak manfaat, tidak hanya dalam aspek spiritual tetapi juga untuk kesehatan. Selain itu, puasa memberikan jeda bagi sistem pencernaan, memungkinkan tubuh memperbaiki sel-sel dan mengeluarkan racun. Proses detoksifikasi alami ini mirip dengan efek olahraga, yang meningkatkan sirkulasi darah dan memperbaiki metabolisme.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Perut itu tempat bermula penyakit dan berpuasa adalah obatnya.” [6]. Hadits ini mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan melalui pengaturan makan. Dengan demikian, puasa memiliki efek penyembuhan yang membantu menjaga keseimbangan kesehatan tubuh.

 

Efek Mental dan Emosional Puasa

Selain manfaat fisik, puasa juga mendatangkan keseimbangan mental dan emosional. Mirip dengan efek olahraga yang merangsang hormon endorfin, puasa melatih disiplin, kesabaran, dan pengendalian diri. Sebagai hasilnya, puasa mendukung ketenangan dan kesejahteraan batin. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:
وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [7]

 

Penutup

Puasa sunnah adalah alat kesehatan yang sejalan dengan prinsip olahraga. Oleh karena itu, dengan menggabungkan puasa sebagai ibadah dan olahraga sebagai kebiasaan fisik, seseorang dapat meraih kesehatan tubuh, ketenangan pikiran, dan kedekatan spiritual secara optimal.

 

Sumber
[1] HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasa’i no. 2425. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa haditsnya hasan. (1)
[2] HR. Abu Daud no. 2449 dan An Nasa’i no. 2434. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. (1)
[3] HR. Bukhari no. 1178 (2)
[4] HR. Bukhari no. 1979 (2)
[5] HR. Muslim, no. 1160
[6] HR. Ibnu Majah
[7] QS. Al-Baqarah: 184 (3)

Laman web referensi:
(1) Muslim.or.id – Dalil Puasa Ayyamul Bidh
(2) Rumaysho – Amalan Ringan #10 : Puasa Tiga Hari
(3) Ilmu Syariah Doktoral UIN Suka – K3 Puasa: Kesehatan, Keselamatan, dan Kesiapsiagaan

Baca artikel terkait kami:

Loading