Saat kita menginjakkan kaki di awal Tahun Baru Islam dengan langkah baru, sebuah kesempatan emas terbuka lebar untuk kita merefleksikan perjalanan hidup selama ini. Dunia ini sering kali menipu kita dengan keindahannya yang sementara, dan kita terjebak dalam rutinitas yang melupakan tujuan hidup yang sebenarnya. Mengingatkan kita untuk selalu mengingat tujuan hakiki hidup kita.

Pintu Menuju Lembaran Baru

Menyambut Tahun Baru Islam. Sumber: freepik – user21155762

Tahun Baru Islam: Semangat Baru untuk Perubahan Positif

Tahun baru Islam adalah momen yang tepat untuk menyegarkan kembali niat dan tujuan hidup kita. Sebagai contoh, seperti halnya seorang musafir yang tidak membangun rumah di tempat singgahnya, kita pun seharusnya tidak terlalu terikat dengan dunia yang hanya sementara. Namun, ini bukan berarti kita harus meninggalkan dunia begitu saja, tetapi kita harus memanfaatkannya sebagai ladang amal yang akan memberi hasil di kehidupan akhirat kelak. Dengan demikian, kita perlu membangun kehidupan yang seimbang, antara kesuksesan dunia dan akhirat. Sebagaimana diungkapkan para filsuf “Manusia hidup di dunia hanyalah mampir minum saja”. Mengisyaratkan, bahwa manusia hidup hanyalah sementara. Dan kefanaan hidup itu yang perlu kita pahami, bahwa hidup ini untuk mencari bekal untuk fase hidup selanjutnya.

Langkah Baru dalam Menyambut Tahun Baru Islam dengan Niat Baik

Sadarilah bahwa waktu adalah nikmat yang sangat berharga, yang sering kali kita sia-siakan. Hari ini adalah kesempatan terbaik untuk memulai perubahan positif. Namun, waktu yang telah berlalu tidak akan kembali, dan tidak ada yang bisa menjamin apakah kita masih memiliki waktu esok untuk memperbaiki diri. Oleh sebab itu, kita harus segera bertindak. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan permainan dan senda gurau. Dan sesungguhnya kampung akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.”
(QS. Al-‘Ankabut: 64)

Menyambut Tahun Baru Islam dengan Langkah Baru: Fokus pada Perubahan Diri

Mari mulai tahun ini dengan memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan sesama. Berikut adalah beberapa langkah perubahan positif yang bisa kita lakukan untuk memulai tahun baru dengan amal yang lebih baik:

  • Shalat Tepat Waktu
    Shalat adalah ibadah yang paling utama. Jadikan shalat tepat waktu sebagai komitmen kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Jangan tunda-tunda, karena setiap waktu yang terlewatkan begitu berharga. Rasulullah ﷺ bersabda:

    “Perkara yang pertama kali dihisab pada hari kiamat dari amal seseorang adalah shalatnya.”
    (HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

  • Perbanyak Sedekah dan Infaq
    Sedekah adalah pembersih hati dan membawa berkah dalam hidup. Mulailah dengan memberi sedikit dari apa yang kita miliki, karena sedekah yang ikhlas akan menjadi investasi yang berlipat ganda di akhirat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

    “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai terdapat seratus biji.”
    (QS. Al-Baqarah: 261)

  • Mengamalkan Al-Qur’an
    Bacalah Al-Qur’an dengan pemahaman dan renungan. Bukan hanya sekadar membaca, tetapi terapkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Al-Qur’an bukan hanya menjadi bacaan, tetapi pedoman hidup yang menerangi jalan kita. Allah berfirman:

    “Dan ini adalah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya, dan supaya orang-orang yang berakal dapat mengambil pelajaran.”
    (QS. Sad: 29)

Tantangan: Apakah Kita Siap?

Satu pertanyaan penting yang harus kita jawab dengan jujur adalah: Apakah kita sudah siap untuk kembali kepada Allah? Apakah kita sudah mengumpulkan bekal yang cukup untuk perjalanan kita yang abadi? Selain itu, Rasulullah ﷺ mengingatkan kita untuk memanfaatkan waktu hidup kita dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada yang tahu kapan ajal akan datang. Beliau bersabda:

“Gunakan lima perkara sebelum lima perkara: hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, luangmu sebelum sempitmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu.”
(H.R. Ibnu Abi Ad-Dunya, Al-Hakim no. 7846, dan Al-Baihaqi no.10248)

Kesimpulan: Dunia Sebagai Ladang Amal

Di bulan baru hijriah ini, mari kita jadikan setiap detik sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri, menambah amal ibadah, dan menjadi pribadi yang lebih baik. Dunia ini adalah ladang amal yang sementara, sementara akhirat adalah tujuan yang kekal. Jangan biarkan dunia menipu kita dengan gemerlapnya. Fokuslah pada tujuan akhir yang hakiki, yaitu kehidupan yang abadi di akhirat.

Sebagai penutup, semoga kita semua diberikan kekuatan untuk memperbaiki diri dan senantiasa berada di jalan yang diridhai oleh Allah. Mari berlomba-lomba dalam kebaikan, karena hanya amal saleh yang akan menjadi teman setia kita di alam kubur hingga ke akhirat.

“Berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan.”
(QS. Al-Baqarah: 148)

Baca Artikel lain kami:

 

Ikuti kami di media sosial : Youtube Instagram

Loading

Dalam kesibukan dunia yang begitu padat, sering kali kita lupa satu hal penting: bahwa kehidupan di dunia ini tidak kekal. Kita berlari mengejar harta, jabatan, popularitas, dan kenikmatan yang dimana sifat dari semua itu hanyalah sesaat. Justru kita cenderung melupakan tujuan hakiki dari penciptaan kita. Padahal, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an:

“Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan permainan dan senda gurau. Dan sesungguhnya kampung akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut: 64)

Ayat diatas selalu menjadi pengingat kita sebagai seorang muslim bahwa dunia ini bukan merupakan tempat yang bisa ditinggali oleh manusia selama-lamanya. Akhir dari kehidupan selalu memantau kita setiap detiknya. Dunia hanyalah tempat singgah sementara layaknya sebuah terminal yang menjadi tempat kita menunggu giliran kira melanjutkan perjalanan ke kampung akhirat yang sifatnya kekal. Dunia ibarat hanyalah menjadi ladang tempat kita menanam amal, dan hasilnya akan kita petik di akhirat kelak.

 

Setiap manusia yang hidup di dunia sejatinya adalah seorang musafir. Seorang yang sedang dalam perjalanan. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang lewat.” (HR. Bukhari)

Seperti yang bisa kita pahami bahwa tidak ada orang asing yang akan membangun istana di tempat yang hanya disinggahinya sebentar. Mereka tidak akan berlama-lama berada disuatu tempat yang dimana memang bukanlah disitu tujuan akhirnya. Cepat atau lambat kita akan segera meninggalkan tempat singgah kita sementara tersebut untuk kembali melanjutkan perlajalanan kita ke tujuan utama kita. Dari sini kita bisa memahami juga bahwa sejatinya kita tidak boleh terlalu sibuk membangun dunia yang diibaratkan sebagai tempat singgah sementara kita dan justru melupakan tujuan utama kita yakni akhirat. Karena sehebat apapun kehidupan kita di dunia, semuanya akan sirna ketika ajal datang menjemput. Tidak ada yang bisa kita lakukan kembali setelah kita meninggalkan semua hal yang fana ini.

                Sering kali kita menyia-nyiakan kesempatan/waktu yang Allah berikan kepada kita. Padahal jika kita mau berfikir, kesempatan/waktu adalah nikmat yang luar biasa besarnya bagi kehidupan kita selama ini. Tapi justru sering sekali kita mengabaikan serta menyia-nyiakannya dengan mudahnya. Kita selalu merasa bahwa masih ada nanti, hari esok, bulan depan, tahun depan, dll. Tanpa kita sadari bahwa waktu/kesempatan adalah sesuatu yang ghaib. Karena kita tidak tahu kapan kematian akan datang menghampiri kita. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185)

                Semua makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan, manusia, bumi, langit, dll. Pasti akan mengalami akhir yang kita sebut dengan kematian. Kematian datang tanpa melihat bagaimana kondisi/keadaan kita. Ketika datang ya datang. Kematian datang sesuai dengan waktu yang telah Allah tetapkan kepada makhluknya. Ketika ajal telah datang, siapa yang bisa menundanya? Menunda untuk sesaat atau bahkan sedetik? Tentu jawabannya tidak ada. Tidak ada kompromi atau negosiasi. Time is over. Disaat itulah yang ada hanyalah penyesalan dan penyesalan. Bagi mereka yang telah melakukan banyak amal baik akan menyesal kenapa mereka tidak melakukan lebih banyak amal baik lagi. Bagi mereka yang tidak memiliki cukup amal, mereka tentu akan menyesal kemana saja mereka selama ini telah menyia-nyiakan kesempatan/waktu yang telah diberikan hanya untuk perbuatan-perbuatan yang tidak berguna.

“Ya Tuhan kami, kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh…” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)

Telah Allah ceritakan bagaimana keadaan mereka yang sangat menyia-nyiakan waktu/kesempatan mereka ketika didunia. Mereka telah mengetahui bahwa semua apa yang telah mereka lakukan adalah sia-sia, mereka penuh dengan penyesalan. Meminta ampun dan memohon untuk dikembalikan kedunia, tapi tiada guna semua itu dihadapan Allah. Telah diberi kesempatan kepada setiap mereka. Tiap mereka membuka mata di pagi hari, tapi mereka terlena dengan kemewahan dan kesenangan dunia tanpa memikirkan betapa pentingnya akhirat sebagai tujuan akhir mereka sebagai manusia. Maka, sekaranglah saat terbaik untuk memperbanyak amal. Karena hanya amal saleh yang akan menjadi teman setia kita di alam kubur hingga ke akhirat.

Amal ibadah adalah investasi sejati seorang mukmin. Ia tidak hanya berbuah pahala, tetapi juga memberikan ketenangan hati dan kedekatan dengan Allah. Berikut beberapa bentuk amal yang bisa kita tingkatkan:

  1. Shalat Tepat Waktu

Shalat adalah tiang agama dan amalan pertama yang akan dihisab. Jangan remehkan lima waktu yang menjadi penghubung antara kita dan Sang Pencipta.

  1. Sedekah dan Infaq

Sedekah bukan sekadar memberi, tetapi juga pembersih harta dan pengundang keberkahan. Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi orang yang bersedekah.

  1. Membaca dan Mengamalkan Al-Qur’an

Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk ditadabburi dan diamalkan. Jadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dalam setiap langkah kehidupan.

  1. Dzikir dan Doa

Ingatlah Allah dalam setiap kondisi. Lisan yang basah oleh dzikir akan membawa ketenangan jiwa dan menumbuhkan rasa syukur.

  1. Menuntut Ilmu

Ilmu adalah cahaya. Menuntut ilmu agama adalah bentuk ibadah yang akan membimbing kita dalam beramal dengan benar.

  1. Berakhlak Mulia

Rasulullah ﷺ diutus untuk menyempurnakan akhlak. Bersikap lembut, jujur, rendah hati, dan suka membantu adalah bagian dari ibadah yang sering diremehkan.

Merenung: Apakah Kita Siap?

Pertanyaan yang perlu kita ajukan kepada diri sendiri adalah: “Apakah kita sudah siap untuk kembali kepada Allah?” Jika hari ini adalah hari terakhir kita di dunia, apakah amal kita cukup? Apakah kita sudah memperbaiki hubungan kita dengan sesama dan dengan Allah?

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Gunakan lima perkara sebelum lima perkara: hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, luangmu sebelum sempitmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu.” (HR. Al-Hakim)

Waktu terus berjalan, dan kematian tidak menunggu kita sadar. Maka jangan tunda amal ibadah. Hari ini mungkin masih ada waktu. Tapi esok, tak ada yang bisa menjamin.

Kesimpulan: Dunia Bukan Tujuan Akhir

Dunia hanyalah perjalanan. Maka jangan tertipu oleh gemerlapnya. Fokuslah pada akhirat, karena di sanalah kehidupan yang kekal berada. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk senantiasa mempersiapkan bekal sebanyak mungkin sebelum berpulang.

Mari jadikan setiap hari sebagai kesempatan memperbanyak ibadah, memperbaiki diri, dan menjadi pribadi yang lebih dekat kepada Allah.

Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang cerdas, yang memanfaatkan dunia untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat.

Berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148)

Wallahu a’lam bishawab.

 

Baca Artikel lain kami:

 

Ikuti kami di media sosial : Youtube Instagram

Loading

Istilah work-life balance semakin relevan di era modern ini. Banyak individu mengalami tekanan kerja yang tinggi, sehingga sulit membagi waktu antara karier, keluarga, dan spiritualitas. Dalam Islam, keseimbangan antara dunia dan akhirat menjadi prinsip utama dalam menjalani kehidupan. Work-Life Balance mengajarkan kita untuk tidak hanya fokus pada karier dan duniawi, tetapi juga menjaga hubungan dengan Allah dan keluarga agar hidup tetap seimbang.

Tren media sosial seperti #kaburajadulu mencerminkan realitas sulitnya memperoleh pekerjaan layak. Banyak generasi muda dan pekerja terdampak lay-off. Oleh karena itu, kita perlu bersyukur terhadap pekerjaan dan bertanggungjawab penuh. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)

Pekerjaan sebagai Ibadah

Islam mengajarkan bahwa pekerjaan dapat bernilai ibadah jika berlandaskan pada niat yang benar. Bekerja tidak hanya demi gaji atau status sosial, tetapi juga untuk mencari ridha Allah Swt. Dimana terdapat hadits berbunyi:

“Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Dengan meluruskan niat, pekerjaan yang dilakukan akan mendatangkan keberkahan dan pahala. Seorang muslim juga dianjurkan untuk bekerja dengan profesionalisme, jujur, disiplin, dan bertanggung jawab, sebagaimana dalam hadits:

“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, dia menyempurnakannya.” (HR. Thabrani)

Menjaga Keseimbangan Spiritual dan Pekerjaan

Selain bekerja dengan baik, tidak boleh abai pada aspek spiritual. Allah memberikan waktu yang sama kepada setiap hamba-Nya, sehingga perlu mengalokasikan waktu untuk beribadah dan memperdalam ilmu agama. Merutinkan diri untuk bisa mengikuti kajian baik daring maupun luring, dapat menjadi moment diri kita menepi sejenak dari hiruk pikuk dunia. Umat Islam bisa semakin mudah memperdalam ilmu agama (dengan tetap bersumber pada Al Qur’an dan Hadist), selain itu mengikuti kelas seperti belajar tahsin dan bahasa arab bisa menjadi alternatif aktivitas yang bermanfaat untuk menambah wawasan dalam beragama.

Kemudian, salah satu bentuk menjaga keseimbangan spiritual sehari-hari adalah melaksanakan sholat tepat waktu. Walaupun pekerjaan terasa tanggung untuk ditinggalkan, kita harus tetap memprioritaskan sholat sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 103)

 

Hak Tubuh untuk Istirahat

Selain bekerja dan beribadah, Islam juga mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental. Beristirahat, berlibur, serta meluangkan waktu bersama keluarga adalah bagian dari keseimbangan hidup. Dalam hadits disebutkan:

“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu.” (HR. Bukhari & Muslim)

Relaksasi membantu menjaga produktivitas dan kebahagiaan, sehingga dapat menjalankan tugas dan ibadah dengan lebih optimal.

Kesimpulan

Islam mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Bekerja keras itu penting, tetapi tidak boleh melupakan kewajiban kepada Allah dan diri sendiri. Dengan bersyukur atas pekerjaan, bekerja profesional, mengalokasikan waktu untuk ibadah dan keluarga, serta menjaga kesehatan, kita dapat mencapai work-life balance yang diridhai Allah Swt.

Semoga kita semua dapat menjalani kehidupan yang seimbang, berkah, dan harmonis antara pekerjaan dan ibadah. Aamiin.

 

Baca Artikel lain kami:

 

Ikuti kami di media sosial : Youtube Instagram

Loading