Tag Archive for: generasi x

Keseimbangan antara pekerjaan di kantor dan kehidupan pribadi di rumah menjadi tantangan besar bagi banyak orang, terutama generasi Z. Mereka mendominasi bursa pasar kerja dewasa ini. Dunia kerja di tahun 2025 telah berubah drastis, khususnya bagi generasi Z yang menghadapi tantangan besar dalam mencari keseimbangan antara pekerjaan di kantor dan kehidupan pribadi di rumah. Kini, pekerjaan tidak lagi terikat pada jam kantor 8 pagi hingga 4 sore. Banyak pekerja bisa menjalankan tugasnya dari luar negeri dengan jam kerja negerinya sendiri, melakukan rapat daring dari rumah, bahkan bekerja di café. Meskipun fleksibilitas ini memberi kenyamanan, dewasa muda kerap merasa lelah, khususnya dalam mengatur waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.


Generasi Terbanyak dan Penerus Bangsa

Generasi Z (Gen Z) kini menjadi mayoritas tenaga kerja berdasarkan data Sensus BPS 2025. Namun, mereka membawa pandangan berbeda terhadap dunia kerja, yakni menempatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sebagai prioritas. Riset dari hiredtoday menunjukkan bahwa 37% Gen Z meninggalkan pekerjaan karena kurangnya keseimbangan waktu, dan hampir 57% mengalami lembur yang berpotensi memicu burnout. Data Microsoft Work Trend Index juga menegaskan, 60% Gen Z mengalami burnout akibat ketidakseimbangan hidup dan kerja, sementara 61% responden Indonesia merasa beban kerja terlalu berat.

Situasi ini menuntut penyesuaian dalam lingkungan kerja yang selama ini berorientasi pada hasil, agar lebih ramah terhadap kesehatan mental dan fisik pekerja.


Kambing Hitam Gen Z

Burnout adalah kondisi stres mental yang melampaui batas kemampuan seseorang, yang kini semakin banyak dialami oleh Gen Z. Faktor utama yang memicu burnout adalah tekanan kerja yang tidak seimbang dan lingkungan yang kurang mendukung. Kebiasaan lingkungan nyaman dari orang tua Gen Z membuat mereka kurang terbiasa dengan tekanan tinggi dan beban kerja yang berat.

Menurut Suhandi & Gularso (2024), work-life balance dan upaya menghindari burnout membentuk paradigma baru dalam dunia kerja. Gen Z lebih memprioritaskan integrasi sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Mereka juga melek teknologi, menginginkan fleksibilitas kerja, dan kesempatan mengembangkan karier sambil tetap menjaga keseimbangan hidup.

Keseimbangan ini penting agar Gen Z tidak hanya produktif, tapi juga sehat secara mental dan fisik, menghindari kelelahan yang berkelanjutan.

Keseimbangan kerja di kantor dan rumah mempengaruhi tekanan mental seseorang.

Burnout tercipta apabila ada banyak tekanan. (image by freepik)


Generasi Harapan Bangsa, Generasi Madani

Ahli psikologi menegaskan pentingnya work-life balance yang sehat untuk meningkatkan produktivitas sekaligus kesejahteraan mental. Pendekatan Islam pun mengajarkan semangat kerja yang tidak melupakan akhirat, sekaligus menghindari stres berlebihan yang dapat memicu burnout.

Ungkapan klasik “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok” mengajarkan kita menjaga keseimbangan antara usaha dunia dan persiapan akhirat. Prinsip ini sangat relevan bagi Gen Z yang menghadapi tekanan karier dan risiko burnout.

QS Al-Qasas ayat 28:77 menegaskan pentingnya mencari kebahagiaan di dunia tanpa melupakan bagian akhirat, menjaga keseimbangan antara keduanya secara bijak. Lebih lanjut, anda dapat lanjut membaca pada artikel Dakwah UII kami pada Bekerja untuk Dunia Seakan-akan Hidup Selamanya.


Standar work-life balance dan semangat menghindari burnout yang dimiliki Gen Z merupakan wujud kepedulian pada kesehatan fisik dan mental. Namun, yang terbaik adalah ketika standar ini juga membawa maslahat untuk umat secara luas. Sehingga, Gen Z bisa menjadi umat berfaham QS Al-A’raf ayat 56 mengingatkan manusia untuk beribadah dan berbuat baik, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk lingkungan sekitarnya. Memahami hadis Rasulullah SAW dalam HR. Ibnu Majah No. 2340 dan Al-Mu’jam Al-Kabir karya Thabrani (no. 13280), yang menegaskan agar aktivitas kita tidak merugikan orang lain.

Dengan demikian, menjaga work-life balance berarti membagi waktu dengan bijak, tidak hanya demi kepentingan pribadi tetapi juga demi kebaikan bersama. Ini menjadi pedoman penting bagi Gen Z untuk beradaptasi dalam dunia kerja modern dengan penuh hikmah dan tanggung jawab.

Wallahu a’lam bisshawab.

 

Baca artikel lain kami:

 

Ikuti kami di media sosial : Youtube Instagram

Loading

Orang tua dari anak-anak Gen Z biasanya rata-rata dari generasi X, yang sering merasa kaget dengan cepatnya perubahan teknologi. Sebagai orang tua bijak di era digital, kita perlu mengetahui cara mendampingi anak-anak Gen Z yang tumbuh dalam dunia yang serba terhubung. Namun, dunia yang kita kenal sangat berbeda dengan dunia anak-anak kita sekarang yang serba digital, dengan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik. Lalu, bagaimana kita bisa menjadi orang tua yang bijak di era digital ini?

1. Menerima Teknologi dengan Bijak

Kita perlu belajar menggunakan teknologi dengan bijak. Gen Z tumbuh di dunia digital, jadi kita harus menunjukkan bagaimana menggunakan teknologi secara sehat. Mengatur waktu penggunaan dan menjaga privasi online adalah contoh yang baik. Ini juga dapat menghindari kecanduan dan membantu menjaga hubungan sosial yang lebih sehat.

Menurut Dr. Sherry Turkle, teknologi bisa meningkatkan keterhubungan, tetapi bila tidak digunakan dengan bijak, bisa mengurangi kualitas hubungan interpersonal dan menghambat perkembangan empati.

2. Berkomunikasi Terbuka dan Efektif

Gen Z lebih terbuka dalam berbicara tentang perasaan mereka. Kita perlu memberi ruang bagi komunikasi terbuka tanpa penilaian. Gunakan teknologi seperti pesan teks atau video call untuk tetap terhubung dan mendengarkan mereka dengan baik.

Psikolog John Gottman menekankan pentingnya komunikasi empatik dalam membangun hubungan keluarga yang sehat, termasuk mendengarkan tanpa menghakimi.

Menjadi Orang Tua yang Bijak di Era Digital - Image - 1

Anak yang Berbakti, Tercipta dari Orang Tua yang Mendukungnya

3. Mendukung Kemandirian dan Kreativitas

Gen Z sangat kreatif dan mandiri, sering mengeksplorasi minat mereka melalui teknologi. Kita sebagai orang tua perlu mendukung mereka untuk terus belajar hal baru dan mengasah keterampilan, baik melalui teknologi maupun seni.

Hadis Rasulullah SAW, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim” (HR. Ibn Majah no. 224), mengingatkan kita untuk mendukung anak-anak dalam mengeksplorasi dan mengembangkan minat mereka.

4. Kesadaran Kesehatan Mental dan Bersosial

Gen Z lebih terbuka membicarakan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan stres. Sebagai orang tua, kita harus peka terhadap perasaan mereka dan mendukung mereka dalam mengelola tekanan. Penting juga untuk mengajarkan mereka tentang keseimbangan antara dunia online dan sosial langsung.

Allah berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286). Ini mengingatkan kita bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan, dan kita harus mendukung mereka untuk mengelola tekanan hidup dengan bijak.

 

Menjadi orang tua di era digital bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan pemahaman yang tepat tentang teknologi, komunikasi yang terbuka, dan pendekatan yang mendukung kemandirian, kita dapat membantu anak-anak kita berkembang dengan baik di tengah perubahan zaman. Mari kita manfaatkan keahlian kita sebagai orang tua generasi X untuk memberi mereka kesempatan terbaik di dunia yang penuh tantangan ini.

Oleh: Hafiyyan FS (hasil diskusi dengan rekan yang berperan sebagai orang tua dan generasi X)

 

Baca artikel lain kami:

 

Ikuti kami di media sosial : Youtube Instagram

Loading